Bagi sosok seperti Raeni (21 tahun), untuk mendapat manfaat asuransi pendidikan adalah yang di luar jangkauannya. Sebab, untuk biaya sehari-hari saja, orangtuanya, Mugiyono (55 tahun) harus menjadi pengemudi becak yang pendapatannya tak menentu. Namun, justru karena keterbatasan ekonomi itu, Raeni berkomitmen untuk meraih prestasi sepanjang kuliah di Universitas Negeri Semarang. Dengan prestasi tersebut, ia bisa kuliah gratis dengan bantuan Beasiswa Bidikmisi dari pemerintah. Raeni bahkan akhirnya bisa lulus kuliah sebagai sarjana terbaik. Hal itu yang kemudian mengantarkannya mendapat bantuan beasiswa Indonesian Presidential Scholarship untuk melanjutkan pendidikan S2 ke Inggris. (www.liputan6.com, 13 Juni 2014)
Melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan tinggi memang butuh perencanaan yang matang. Sebab, biayanya setiap tahun selalu meningkat. Menurut perencana keuangan Aidil Akbar, saat ini untuk biaya kuliah sampai lulus butuh dana sekitar Rp60 juta hingga Rp125 juta. Biaya itu digunakan untuk membayar uang pendaftaran, uang semester, uang pangkal, dan kebutuhan lain hingga lulus sekitar empat tahun kemudian. Namun, jika saat ini anak baru berusia di bawah satu tahun, maka biaya kuliah saat ia berusia 17 tahun sudah mencapai Rp1,5 hingga Rp2 miliar (www.metrotvnews.com, 18 April 2013). Untuk itu, Anda bisa membeli manfaat asuransi pendidikan guna merencanakan biaya pendidikan. Namun, selain itu, Anda sebenarnya juga bisa mencari beasiswa pendidikan sebagai salah satu alternatif solusi biaya pendidikan. Seperti Raeni, Anda juga bisa mendapatkan bantuan beasiswa.
Tentu, untuk mendapatkan beasiswa perlu beberapa kiat khusus. Selain menjaga prestasi seperti yang dilakukan Raeni, ada beberapa tips yang dapat Anda lakukan. Berikut beberapa di antaranya:
Meningkatkan kemampuan bahasa
Kemampuan bahasa sangat penting. Tidak hanya sebagai syarat untuk kuliah di luar negeri, beberapa beasiswa dalam negeri pun sekarang sudah ada yang menerapkan syarat tes bahasa seperti TOEFL atau IELTS. Menurut Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Eko Prasetyo dalam acara LPDP Edu Fair 2015, di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan Jakarta pada 30 Januari 2015, penerima beasiswa perlu memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik. Untuk TOEFL baik S2 dan S3 paling tidak 550, sedangkan IELTS 650. (www.detik.com, 30 Januari 2015)
Aktif di berbagai kegiatan
Menurut Eko Prasetyo, pintar saja tidak cukup. Untuk mendapatkan beasiswa, seseorang juga perlu aktif dalam berbagai kegiatan. Hal itu juga dilakukan Raeni. Ia juga aktif di berbagai kegiatan di luar kuliah, seperti giat di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) hingga kegiatan riset di luar bidang kependidikannya (www.tempo.co, 11 Juni 2014).
Mempunyai tujuan yang jelas
Bagi yang ingin menerima beasiswa, perlu alasan yang kuat agar ia bisa memperoleh beasiswa tersebut. “Saat ditanya tentang alasan ingin mendapatkan beasiswa, banyak yang menjawab mereka akan berguna untuk nusa dan bangsa. Itu tidak salah, tetapi apa artinya? Harusnya berikan jawaban yang lebih detail,” sebut Direktur Indonesia International Education Foundation (IIEF) Diana Kartika Jahja pada acara diskusi beasiswa studi di luar negeri, di @America, Pacific Place, Jakarta, pada 6 Juli 2011 (www.kompas.com, 7 Juli 2011).
Sebarkan artikel ini pada relasi Anda melalui fitur jejaring sosial. Berikan juga komentar Anda terkait beasiswa melalui kolom di bawah ini.