Saat ini metode pembelajaran dari rumah atau homeschooling makin marak. Banyak lembaga pendidikan nonformal seperti kursus atau bimbingan belajar menawarkan homeschooling. Peminatnya pun tidak sedikit. Hal ini karena homeschooling dinilai lebih fleksibel dari sisi waktu maupun biaya.
Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ella Yulaelawati, metode pendidikan berupa homeschooling yang diberlakukan untuk anak-anak tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab homeschooling pada dasarnya sama-sama membantu mengembangkan anak berbakat yang tidak tergali di sekolah pada umumnya.[1]
Dia menambahkan, homeschooling awalnya dilatarbelakangi banyaknya anak-anak berbakat yang tidak tergali bakatnya dan tidak merasa nyaman dengan keramaian. Dia mencontohkan orang-orang berbakat zaman dahulu, seperti Thomas Edison, juga menjalani pendidikan homeschooling. Namun ia juga mengingatkan perlunya memperhatikan homeschooling, terutama terkait dengan biaya yang diperlukan.
Biaya ini misalnya apakah akan menyediakan guru privat untuk setiap bidang yang ingin dipelajari, kursus/les, dan sejenisnya. Kemudian apakah menggunakan buku-buku sesuai standar luar negeri atau menggunakan buku bekas. Faktor lain, seberapa sering siswa melakukan kegiatan outdoor yang membutuhkan biaya transportasi.
Melihat kebutuhan biaya tersebut, orangtua harus menyiapkan biaya pendidikannya. Jangan sampai saat membutuhkan dana besar untuk kegiatan homeschooling justru kebingungan karena tidak diantisipasi. Untuk mengatasinya, maka tidak ada salahnya apabila orangtua menyiapkan dana khusus untuk anak homeschooling.
Menurut perencana keuangan Prita Ghozie, orangtua membutuhkan investasi untuk mempersiapkan dana pendidikan jangka panjang. Namun sebelum mengambil produk investasi pendidikan, sebaiknya diketahui terlebih dahulu kebutuhan dan manfaat asuransi pendidikan seperti apa yang bakal dihadapi di masa-masa sekolah, termasuk misalnya ketika ingin dengan metode homeschooling.[2]
Prita menyarankan, pertama tentukan jenis sekolah apa yang ingin dituju. Kemudian hitung kebutuhan biaya saat ini. Lalu hitung perkiraan kebutuhan biaya dengan memasukkan inflasi sebesar 10 15% per tahun. Selanjutnya, periksa kembali tabungan atau investasi yang sudah Anda persiapkan. Jika dananya belum cukup atau bahkan belum ada sama sekali, maka saatnya untuk mempersiapkan.
Yang tidak kalah penting adalah pilih produk investasi yang sesuai kebutuhan. Menurut Prita, masing-masing produk keuangan memiliki karakter dan fungsi yang berbeda. Misalnya produk reksa dana saham bisa digunakan untuk memenuhi tujuan pendidikan anak yang jangka waktunya masih lebih dari 10 tahun dari sekarang. Tetapi produk ini tidak sesuai untuk memenuhi dana pendidikan jangka pendek untuk anak yang akan kuliah tiga tahun lagi.
Lalu bagaimana jika memilih menggunakan asuransi pendidikan? Perencana keuangan Budi Rahardjo mengatakan, asuransi pendidikan cocok untuk orangtua yang awam investasi dan menginginkan kepraktisan.[3] Asuransi pendidikan juga sangat bermanfaat sebagai proteksi bagi orangtua yang menjadi satu-satunya pemberi nafkah keluarga. Menurut perencana keuangan Aidil Akbar, jika yang diproteksi adalah orangtua sebagai penyedia dana pendidikan, maka bila terjadi sesuatu pada orangtua dana pendidikan yang tersimpan bisa terus dimanfaatkan. Namun Aidil juga mengingatkan pentingnya membuat penyesuaian jadwal masa pembayaran uang pertanggungan dengan kebutuhan yang diperlukan. Sebab selama ini biasanya uang asuransi pendidikan tidak bisa diambil secara bebas.[4]
Itulah beberapa hal yang bisa dijadikan pertimbangan, apakah menyekolahkan anak dengan metode homeschooling bisa mendapat manfaat asuransi pendidikan atau berinvestasi dengan produk keuangan lainnya.
Bagikan artikel ini melalui fitur jejaring sosial dan berikan komentar serta pengalaman Anda saat memilih produk asuransi.