Sebenarnya, Wei sudah mulai menggunakan teknologi face recognition ini lima tahun lalu untuk mengabsen muridnya pada jam pelajaran. Lambat laun, ia pun menyadari bahwa teknologi tersebut dapat diaplikasikan untuk mengukur ketertarikan murid-muridnya saat jam pelajaran dengan mengidentifikasi emosi pada wajah mereka. Dalam praktiknya, Xiaoyong menempatkan kamera video pada beberapa posisi strategis di ruang kelasnya. Dengan begitu, ia dapat dengan mudah mengidentifikasi ekspresi murid, bahkan membaca dan merekam mood mereka. Lalu, sebuah algoritma akan mendeteksi fluktuasi emosi yang ada pada wajah para murid untuk mengetahui apakah mereka terlihat senang atau bosan.
“Ketika kami menghubungkan informasi [yang didapat] dengan cara kami mengajar … kami dapat mengetahui kapan kami berhasil menarik perhatian para murid.” Ujar Profesor Wei pada The Telegraph. Beberapa rekan sejawatnya di universitas lain juga dikabarkan telah menerapkan metode yang sama di dalam kelas. Metode ini juga rupanya bukanlah sesuatu yang baru. Insinyur di SensorStar Labs di Queens, New York, juga dilaporkan telah mengembangkan metode untuk mempelajari wajah murid-murid di dalam kelas dan menggunakan algoritma untuk menganalisa ekspresi mereka.