Sepertinya, tak ada yang tak jengah dengan internet lemot. Anda pun tak sendiri kalau rasanya ingin memaki saja di tengah-tengah proses loading page yang lambat. Namun daripada mengutuk keadaan, sepertinya kita semua harus mulai berbenah diri, bisa dengan memilih provider serta paket internet yang tepat atau mungkin berganti browser.
Walau bukan solusi absolut, tidak ada salahnya jika hendak mencoba peramban baru: Firefox Quantum. Sebenarnya, browser ini “hanyalah” Mozilla Firefox versi ke-57, tetapi di-rebranding agar lebih menjual dan sekaligus menjadi penanda bahwa versi ini adalah karya Mozilla yang paling termutakhir.
Wajar saja kalau Mozilla bermaksud demikian. Soalnya, proyek yang menelan waktu setahunan ini sudah melakukan banyak hal. Pertama, ada 369 bug terkait performa dan responsivitas Firefox dan 1.190 terkait bug software yang diperbaiki. Kemudian, kecepatannya juga telah ditingkatkan menjadi dua kali lipat dibandingkan Firefox versi enam bulan lalu (plus lebih hemat konsumsi RAM). Telah diimplementasikan pula UI terbaru yang mereka sebut dengan Photon UI untuk memodernisasi tampilan browser sembari mengakselerasikan hardware untuk menambah kecepatan browsing.
Firefox Quantum pun tercatat dalam sejarah sebagai update terbesar yang pernah mereka lakukan sejak Firefox versi 1.0 meluncur tahun 2004 silam.
Nah, yang jadi pertanyaan, apakah klaim Mozilla tentang Firefox Quantum ini sesuai dengan realitanya? Dari tiga macam pengujian yang dilakukan Mashable (15/11/17) terhadap Firefox Quantum dan Google Chrome, Firefox Quantum ternyata belum sehebat yang Anda kira.
Di tes Ares-6 (yang mengukur seberapa cepat browser dapat menjalankan fungsi Javascript) dan Speedometer (simulasi penggunaan user terhadap aplikasi di web), Chrome mampu mengungguli Firefox Quantum. Hanya di tes Jetstream (uji kemampuan browser untuk menjalankan aplikasi web yang lebih kompleks) jagoan Mozilla itu lebih baik.
Oke, mari kita membahas pengujian yang lebih “manusiawi”. Dalam uji browsing langsung terhadap situs-situs populer seperti NationalGeographic.com, CNN.com, Amazon.com, NYTimes.com, dan Mashable.com, Mashable menemukan bahwa kecepatan loading Chrome lebih baik saat membuka tiga di antaranya, yakni NationalGeographic.com, CNN.com, dan Mashable.com. Firefox Quantum sendiri unggul di dua sisanya.
Semua pengujian tersebut dilakukan di koneksi dan perangkat yang sama, yaitu sebuah PC dengan prosesor Intel Core i5 2500k dengan RAM 8GB. Kedua browser itu juga dites menggunakan setting default-nya, alias tanpa extension atau add-on, ad-blocker, juga dengan history, cache, dan cookies yang telah disapu bersih. Tiap tes juga dilakukan tiga kali untuk menilai kestabilan performanya.
Namun, secara garis besar Firefox Quantum memang sebuah karya yang layak diapresiasi: loading-nya cepat dan tampilannya lebih segar daripada Firefox “tradisional”. Di samping itu, Firefox Quantum juga baru dirilis. Bisa jadi dalam beberapa waktu ke depan, akan ada perbaikan dari developer Mozilla untuk membuat Firefox Quantum mengalahkan Chrome.
Terlepas dari pengujian tersebut, sebenarnya Anda selaku user sendirilah yang bisa menilai mana browser terbaik saat ini sesuai selera Anda. Mungkin Anda suka Chrome karena ekstensinya amat banyak, atau Firefox yang fiturnya terlihat lengkap secara kasat dan mudah ditemukan, atau bahkan Anda malah fans peramban pendatang baru seperti Microsoft Edge, Vivaldi, serta CM Browser dengan kelebihannya masing-masing.
Firefox Quantum telah tersedia untuk tiga platform: desktop (Windows, Mac, serta Linux), iOS, dan Android. Silakan pilih yang sesuai dengan perangkat yang Anda miliki atau di mana Anda ingin merasakan kecepatan browsing yang berbeda seperti klaim pengembangnya itu.