Salah satu penyebab utama terjadinya perceraian di Indonesia adalah masalah keuangan keluarga. Kondisi tersebut terlihat dari data yang dikeluarkan oleh Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Indonesia pada tahun 2010. Dari data tersebut terungkap bahwa dari 285.184 perkara perceraian, sebanyak 67.891 kasus terjadi karena masalah ekonomi. Di urutan kedua dipicu masalah perselingkuhan, yaitu sebanyak 20.199 (kemenag.go.id, 4 Agustus 2011).
Hal tersebut merupakan gambaran nyata, bahwa persoalan ekonomi, khususnya terkait keuangan keluarga, adalah salah satu pemicu konflik keluarga. Untuk mencegah konflik akibat masalah keuangan, menurut perencana keuangan Ahmad Gozali, perlu komunikasi yang baik antara suami dan istri. Gozali juga menyarankan, perlunya menyelesaikan masalah-masalah keuangan bersama-sama agar tidak membahayakan kondisi keuangan keluarga (republika.co.id, 13 Desember 2013).
Lalu, cara mengelola keuangan keluarga seperti apa yang perlu dikomunikasikan, agar Anda dan pasangan terhindar dari konflik akibat uang? Berikut beberapa di antaranya:
Menentukan prioritas dan tujuan keuangan
Pasangan suami istri harus menentukan prioritas dan tujuan. Menurut perencana keuangan Mike Rini Sutikno yang dilansir pada situs femina.co.id, 11 Maret 2015, untuk menentukan prioritas dan tujuan keuangan, butuh komitmen yang harus dijaga oleh Anda berdua. Dengan menjaga komitmen tersebut, jika ada hal yang ditunda karena prioritas keuangan yang telah disepakati, tidak akan memancing keributan. Misalnya, jika suami rela membawa bekal makan siang ke kantor demi menghemat biaya makan, maka sebagai istri juga harus rela membantu menyiapkan bekal makan siang suami setiap hari di rumah. Sebaliknya, jika sudah dibuatkan masakan dari istri, jangan sampai bekal tidak dimakan, sehingga harus dibuang.
Tidak memaksakan diri
Dalam membuat prioritas dan tujuan, Anda dan pasangan tetap harus realistis. Misalnya saja Anda berdua memiliki penghasilan gabungan Rp5 juta, akan terlalu memaksakan diri bila ingin kredit rumah dan mobil baru sekaligus. Hal itu akan memicu munculnya permasalahan. Menurut perencana keuangan Safir Senduk yang dilansir tabloidnova.com, pada 2 November 2011, ada baiknya Anda dan pasangan tidak memaksakan target bila jelas-jelas tidak mungkin bisa mencapainya. Sebab, jika dipaksa, bisa merusak stabilitas keuangan keluarga.
Menentukan alokasi dana sosial
Kadang, sebuah keluarga harus mengeluarkan dana sosial, misalnya memberikan sumbangan untuk kebutuhan tertentu di luar kebutuhan pokok rumah tangga. Bisa untuk keluarga seperti saudara kandung atau orang tua dari pihak istri maupun suami, bisa juga untuk orang lain, seperti teman, tetangga, atau relasi lainnya. Untuk penggunaan dana sosial ini Anda dan pasangan perlu saling jujur dan terbuka. Menurut ahli keuangan Stacy Francis yang dilansir di cnbc.com, pada 28 Januari 2015, bila Anda tidak terbuka terhadap pasangan, sangat sulit untuk membangun hubungan yang sehat. Sikap saling terbuka dalam hal keuangan akan membuat Anda berdua bisa saling membantu.
Bila ada saudara atau relasi yang memerlukan bantuan, misalnya untuk acara hajatan, bicarakan berdua secara baik-baik. Menurut perencana keuangan Ahmad Gozali, tidak ada masalah keuangan yang tidak bisa dipecahkan. Bila Anda berdua berpikir jernih, pasti ada solusi untuk membuat keputusan bersama (republika.co.id, 13 Desember 2013).
Sebarkan artikel ini kepada relasi Anda melalui fitur jejaring sosial. Bagikan juga cara mengelola keuangan keluarga versi Anda pada kolom di bawah ini.