50 tahun silam, manusia pernah berusaha untuk mencapai mantel Bumi. Pada saat itu, para ilmuwan tidak berhasil mengebor kerak Bumi tersebut. Setelah itu, Oceanographic Institutions for Deep Earth Sampling juga pernah berusaha, tetapi hanya mencapai sekitar 700 meter.
Kini, sekelompok ilmuwan dari Japan’s Agency for Marine-Earth Science and Technology (Badan Sains dan Teknologi Laut dan Bumi Jepang/JAMSTEC) mengungkapkan bahwa mereka masih penasaran dengan hal yang belum terungkap di bawah mantel Bumi.
Mantel Bumi adalah lapisan yang berada di antara kerak dan inti luar dari Planet Bumi. Mantel Bumi merupakan lapisan berbatu dengan kedalaman sekitar 2.900 km yang meliputi 84 persen volume Bumi.
Kelompok ilmuwan asal Jepang tersebut akan menggunakan sebuah bor raksasa, yang nantinya akan ditempatkan 6 kilometer di atas permukaan Bumi.
“Jika menggali ke dalam mantel Bumi, kita akan bisa mengetahui seluruh sejarah tentang Bumi. Itulah yang menjadi motivasi kami untuk melakukan penelitian ini,” ujar Natsue Abe, salah satu peneliti yang terlibat dalam proyek ini, seperti dilansir dari CNN.
Mereka akan melakukan pengeboran hingga 6 kilometer di kerak Bumi, hingga pengeboran tersebut mencapai mantel Bumi. Ketika mencapai lapisan mantel Bumi, pengeboran tersebut hanya akan dilakukan sampai sedalam 1 kilometer.
“Kami belum mengetahui secara pasti apa komposisi dari mantel Bumi. Kami hanya pernah mengamati beberapa material yang berasal dari mantel Bumi, seperti bebatuannya. Bebatuan tersebut sangatlah indah berwarna hijau kekuning-kuningan,” ujar Abe.
Mantel Bumi memang sudah pernah diamati oleh para ilmuwan. Namun, penelitian dari JAMSTEC ini yang akan menjadi pertama kalinya untuk mengamati dari kedalaman Bumi secara langsung.
Ketika pengeboran ini dimulai, JAMSTEC akan menggunakan kapal yang bernama Chikyu, yaitu kapal laut yang didesain khusus untuk mengebor lebih dalam dibandingkan kapal-kapal sebelumnya.
“Kami sudah memulai pengeboran dan mengambil beberapa sampel dari lapisan tanah dasar laut. Namun, sampel itu hanya lapisan terluarnya saja. Kami ingin menggali dari lapisan dasar lautan dan mengambil sampel murni dari lapisan mantel,” kata Abe.
Menurut Abe, Chikyu adalah kapal laut pengebor terbesar untuk bidang geologi, sehingga kemampuan mengebornya akan tiga kali lebih lama dan lebih dalam dibandingkan kapal-kapal pengebor lainnya
Abe menjelaskan, ada beberapa tujuan dari penelitian ini. Pertama tentunya adalah untuk mencapai mantel Bumi. Kedua, ingin menyelidiki batas di antara kerak samudera dan mantel bumi, Lalu, yang ketiga adalah ingin mengetahui bagaimana kerak samudera terbentuk.
Ada tiga lokasi yang rencananya akan menjadi titik pengeboran. Ketiga titik lokasi itu seluruhnya berada di Samudera Pasifik. “Satu ada di Hawai—kita akan melakukan survei di sana—satu lagi di Kosta Rika, dan terakhir di Meksiko,” ungkapnya. Jika semua berjalan sesuai rencana, akan mulai pada tahun 2030.
Pada September 2017, Pulau Hawaii akan digunakan untuk tempat penelitian tahap awal. Penelitian tahap awal ini akan menggunakan gelombang suara untuk mempelajari ketebalan dan temperatur dari kerak Bumi.
Untuk proyek penelitian ini, pemerintah Jepang sendiri menyediakan sebagian dana. Mereka berharap, proyek ini akan bisa membantu mereka dalam memprediksi gempa Bumi dengan lebih baik. Seperti kita ketahui, Jepang sering dilanda gempa Bumi yang cukup kuat dalam beberapa tahun belakangan.
Kini, mereka harus bisa menemukan lokasi yang tepat dan mencari dana sebesar 542 juta USD (sekitar Rp 7,2 triliun) yang diperlukan untuk proyek penelitian ini.