Penelitian arkeologis terhadap fosil mengungkap adanya hewan raksasa menghuni planet Bumi jutaan tahun lalu. Para ilmuwan juga menemukan adanya hujan meteor yang kemudian mengakhiri kekuasaan hewan raksasa, para dinosaurus, di atas Bumi. Baru-baru ini, ilmuwan dari generasi kita mengadakan studi lanjutan mengenai peristiwa kosmik tersebut.
Setelah menganalisa kawah tempat jatuhnya komet yang membuat para dinosaurus punah, para ilmuwan tersebut menemukan bahwa beberapa obyek ruang angkasa di masa dinosaurus telah jatuh menembus dan mengubah tekstur kerak Bumi.
Penemuan baru ini diharapkan akan memberi petunjuk mengenai bagaimana benturan antara benda ruang angkasa dengan kulit Bumi bisa mengubah permukaan planet, dan bagaimana benturan semacam itu berpengaruh terhadap kemunculan berbagai habitat baru di muka Bumi.
Komet dan asteroid seringkali menghujani permukaan Bumi. Namun selama ini, tak seperti hujan dan angin, benda-benda langit tersebut kurang diperhitungkan sebagai obyek yang memiliki potensi untuk mengubah wajah planet kita ini.
“Selain hujan dan angin, gempa tektonik yang menghasilkan parit-parit di laut dan gunung (juga menjadi penyebab berubahnya tekstur permukaan Bumi),” kata ahli geofisika kelautan di University of Texas, Sean Gulick.
Berlawanan dengan apa yang terjadi di Bumi, permukaan planet lain di tata surya kita tak banyak dipengaruhi oleh pergerakan tektonik dan erosi. “Yang paling banyak membentuk permukaan planet tersebut adalah benda-benda ruang angkasa yang jatuh menabrak planet,” kata Gulick kepada Live Science, Kamis, 17 November 2016 lalu.
Para ilmuwan yang meneliti fenomena ini telah meneliti karakter permukaan Bumi untuk mempelajari lebih lanjut mengenai efek benturan obyek ruang angkasa terhadap planet ini. Mereka menemukan banyak kawah yang memiliki memiliki lingkaran-lingkaran atau cincin-cincin yang menyerupai perbukitan berbatu berukuran raksasa di bagian tengahnya (sering disebut peak rings). Tekstur yang serupa peak rings juga ditemukan di obyek-obyek ekstraterestrial, seperti di permukaan bulan atau Venus, membuat peneliti kesulitan menganalisa struktur tersebut secara mendetail dan menentukan asal terbentuknya.
Akhirnya, untuk meneliti peak rings secara lebih mendalam, para ilmuwan memutuskan untuk melakukan investigasi atas sebuah kawah raksasa di permukaan Bumi, yang diameternya mencapai 180 kilometer, sebagian terendam oleh laut. Kawah tersebut berada dekat kota Chicxulub di Semenanjung Yucatan, Meksiko. Kawah raksasa tersebut ditengarai merupakan hasil dari benturan super dahsyat yang mengakhiri kehidupan dinosaurus di muka Bumi, sekitar 65 juta tahun lalu. Obyek yang menabrak permukaan Bumi sehingga membentuk kawah sebesar itu diperkirakan memiliki diameter 10 kilometer, sehingga begitu menabrak langsung menimbulkan efek yang membunuh para dinosaurus yang hidup di Bumi.
Para ilmuwan fokus meneliti kawah di Chicxulub, karena kawah tersebut memiliki satu-satunya peak ring yang permanen di muka Bumi. Berbeda dengan kawah-kawah lain yang berukuran lebih besar seperti kawah Sudbury di Kanada atau Vredefort di Afrika Selatan, semuanya pernah memiliki peak rings, namun telah terkikis dan hilang sama sekali.
Struktur yang menjadi obyek penelitian para ilmuwan berada 18 meter di bawah permukaan laut di Teluk Meksiko. Untuk mengumpulkan sampel-sampel dari struktur tersebut, para ilmuwan mendatangi situs yang dimaksud pada musim semi yang lalu, menggunakan sejenis kapal “liftboard” yang bisa menancapkan tiga pilar pondasi ke dasar laut, dan mengangkat badan kapal sejauh 15 meter dari permukaan laut. Liftboard tersebut lalu menurunkan mesin bor untuk mengebor dasar laut. Tujuan diangkatnya badan kapal adalah supaya proses pengeboran tidak terganggu oleh ombak dan arus.
“Alat tersebut mengebor kawah di dasar laut selama dua bulan, menembus sejauh 1.335 meter ke dalam dasar laut,” kata Gulick.
Pada sampel yang didapat dari pengeboran tersebut, menurut Gulick, ilmuwan menemukan granit yang tadinya terkubur di dalam perut Bumi selama 500 juta tahun.
“Bebatuan yang telah terkubur sangat dalam ini bergerak mendekati permukaan Bumi dalam beberapa menit setelah tabrakan (komet menghantam Bumi). Bebatuan tersebut merupakan bukti bahwa kerak Bumi berubah akibat dampak dari hantaman dahsyat tersebut,” katanya.