Halo Ibu Prita,
Saya kepala keluarga dengan 1 anak (umur 7 bulan) dan istri yang tidak bekerja. Penghasilan per bulan Rp 13.000.000,-. Saya berencana mengambil Kredit Tanpa Agunan di salah satu bank BUMN dengan cicilan flat sebesar Rp. 1.942.000,- selama 96 bulan untuk pinjaman sebesar Rp 100.000.000,-. Uang tersebut rencananya untuk membayar kartu kredit (5 kartu kredit dengan minimum payment rata-rata per bulan per kartu Rp 1.000.000,- sampai Rp 1.500.000,-) dan cicilan mobil (Rp 3.000.000,- per bulan untuk 4 bulan ke depan) yang total mencapai Rp 56.000.000,-.
Pengeluaran rutin saya per bulan:
1. Asuransi jiwa dan unit link Rp 500.000,- per bulan (berjalan selama 6 tahun dengan dana tersedia sebesar Rp 30.000.000,-)
2. Asuransi unit link Rp 500.000,- per bulan (berjalan selama 2 tahun)
3. Tabungan Rp 500.000,-
4. TV kabel Rp 255.000,-
5. Tagihan telepon seluler (Rp 350.000,- Rp 100.000,- Rp 100.000,- Rp 100.000,-)
6. Keperluan rumah tangga Rp 5.000.000,-
Dengan kondisi tersebut, penghasilan saya tidak cukup. Saya selalu membayar utang dengan kartu kredit, namun lama kelamaan terasa semakin memberatkan, sehingga berencana untuk mengambil kredit tanpa agunan, sebagai solusi jangka pendek.
Mohon sarannya, apakah keputusan tersebut tepat? Jika saya tetap mengambil kredit tersebut, dana sisa yang tersedia sebaiknya diinvestasikan kemana sebagai solusi jangka pendek dan panjang? Apakah emas, deposito, reksa dana, atau trading valas/saham (sebelumnya saya pernah mencoba trading forex online dan rugi Rp 5.000.000,-)?
Salam,
Reddy
Jawaban :
Halo Reddy,
Utang Kartu Kredit perlu dihindari, karena jika tidak dilunasi akan membebani dengan bunga harian yang tinggi. Keputusan Anda untuk menyelesaikan semua utang Kartu Kredit sudah tepat.
Akan tetapi, dengan mengambil Kredit Tanpa Agunan (KTA), berarti Anda mengalihkan utang menjadi bentuk lain. Anda akan tetap harus mencicil, dan menanggung beban utang. KTA merupakan utang dengan tingkat bunga yang cukup tinggi, hanya sedikit di bawah bunga Kartu Kredit.
Mari kita hitung jumlah kebutuhan rutin Anda per bulan:
Jenis Cicilan | Jumlah | Jangka Waktu | Keterangan |
Kartu Kredit | Rp 1.000.000 Rp 1.500.000,- | Sisa utang Rp 56.000.000 (4 x Rp 3.000.000,-) = Rp 44.000.000,- | |
Kredit Mobil | Rp 3.000.000,- | 4 bulan | Total sisa utang Rp 12.000.000,- |
Life Insurance Unit Link | Rp 500.000,- | Telah berjalan 6 tahun, nilai tunai Rp 30.000.000,- | |
Insurance Unit Link | Rp 500.000,- | Telah berjalan 2 tahun | |
Tabungan Rencana | Rp 500.000,- | ||
TV Kabel | Rp 255.000,- | (Rp 350.000 Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 100.000) = Rp 650.000,- | |
Tagihan Pulsa | Rp 650.000,- | ||
Keperluan Rumah Tangga | Rp 5.000.000,- |
Dari tabel di atas bisa diambil data sebagai berikut:
Total kebutuhan rutin termasuk cicilan utang, asuransi dan investasi Rp 11.405.000,-
Kebutuhan rutin rumah tangga termasuk TV dan tagihan pulsa mencapai Rp 5.950.000,- atau 45% dari pendapatan
Asuransi dan investasi mencapai Rp 1.500.000 atau 11,5% dari pendapatan
Cicilan KPR dan KPM mencapai Rp 4.000.000 Rp 4.500.000 atau 30,7% – 35% dari pendapatan
Alokasi pengeluaran rutin anda meliputi cicilan maksimal 35%, asuransi dan investasi 11,5% dan kebutuhan rutin rumah tangga 45% dari pendapatan. Komposisi tersebut menunjukkan pengaturan pengeluaran sudah Anda cukup baik.
Penghasilan bulanan yang selalu tidak cukup bisa karena tingginya biaya untuk gaya hidup (makan di luar, fashion, rekreasi). Alokasi dana untuk biaya gaya hidup maksimal 20% dari pendapatan.
Mengambil kredit sebesar Rp 100.000.000,- dengan cicilan Rp 1.942.000,- selama 96 bulan memang akan mengurangi beban cicilan utang bulanan Anda. Tetapi Anda akan menanggung utang konsumtif selama 96 bulan alias 8 tahun.
Selain itu dengan jumlah utang jangka pendek untuk dilunasi mencapai Rp 56.000.000, tidak direkomendasikan untuk mengambil utang sebesar 100 Juta Rupiah untuk melunasinya. Karena beban bunga yang ditanggung pun akan lebih besar.
Berikut beberapa tips untuk penyelesaian utang Anda
1. Anda memiliki nilai tunai dari investasi Unit Link sebesar Rp 30.000.000,-. Lebih baik menggunakan dana tersebut untuk membayar utang mobil dan kartu kredit karena beban bunga utang tersebut lebih besar dari potensi keuntungan investasinya.
2. Dengan berkurangnya utang setelah sebagian ditutup oleh nilai tunai investasi Unit Link, maka jumlah cicilan utang Anda akan berkurang.
3. Dalam keadaan beban utang tinggi, Anda juga perlu mengurangi pengeluaran untuk gaya hidup. Gaya hidup tinggi yang dibiayai dengan Kartu Kredit akan menambah utang. Jangan gunakan lagi semua kartu kredit Anda hingga masalah utang selesai
4. Menggunakan utang sebagai modal untuk berinvestasi sangat tidak direkomendasikan. Anda baru bisa berinvestasi setelah menyelesaikan masalah utang bisa diatasi. Karena tiap investasi memiliki resiko, dan bukan hanya potensi keuntungan. Makin besar potensi keuntungan, makin tinggi juga resikonya. Pemilihan produk investasi juga hendaknya mempertimbangkan profil resiko dan tujuan finansial Anda di masa depan.
Trading Valas/Saham ataupun Forex bukanlah investasi jika dilakukan bukan oleh ahlinya. Potensi keuntungannya memang tinggi, tapi resikonya lebih tinggi lagi.
5. Anda dapat berkonsultasi dengan Independent Financial Planner untuk mendapatkan solusi tentang alokasi pendapatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan produk investasi sesuai profil resiko dan tujuan finansial.