Maylita (43 tahun) adalah seorang karyawati di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Hampir setiap hari, saat ke kantor ia membawa sejumlah makanan ringan untuk dijual ke teman-temannya. Mulai dari kue kering hingga makanan dalam kemasan. Menurut Maylita, keuntungannya cukup lumayan untuk menambah penghasilan. Tapi, setiap menjelang akhir bulan, Maylita selalu mengeluh. Uangnya kerap habis untuk membayar utang kartu kredit. Pendapatan tambahan yang seharusnya bisa menjadi simpanan untuk menambah tabungan, kerap tak bersisa untuk menutupi kekurangan utang kartu kreditnya.
Lain lagi dengan kisah Panji Setiawan (33 tahun). Pria yang bekerja di sebuah perusahaan penerbitan di Jakarta ini mencari uang tambahan dengan menjual makanan ringan dan kopi bagi rekan kantornya. Dari uang tambahan yang diterima, setiap hari dikumpulkan. Setelah mencapai nilai tertentu, ditambah dengan tabungan gaji bulanan yang ia simpan, ia kemudian menggunakan uang tersebut untuk membeli anak sapi yang dirawat oleh saudaranya di kampung halaman. Setelah beberapa tahun, anak sapi itu menjadi dewasa dan dikawinkan dengan sapi lain. Sehingga, lama-kelamaan, sapi milik Panji berkembang biak hingga ia telah memiliki beberapa ekor sapi.
Maylita dan Panji sama-sama memiliki pendapatan tambahan selain dari gaji yang diterimanya setiap bulan. Tapi, perbedaan cara menggunakan uang tambahan tersebut memberikan hasil yang berbeda di antara keduanya. Maylita cenderung menghabiskan uang tambahan untuk keperluan konsumtif. Akhirnya, ia sering merasa kekurangan uang akibat pendapatan tambahannya habis untuk membayar utang kartu kredit. Sebaliknya, Panji menggunakan uang tambahannya untuk membeli sapi yang terus berkembang biak. Ia pun mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan sapi-sapinya itu.
Kisah Maylita dan Panji adalah contoh, bahwa kemampuan mengelola uang tambahan berpengaruh pada hasil akhir yang didapat. Maka, menurut perencana keuangan Safir Senduk, agar sejahtera, sebenarnya seseorang harus punya kemampuan untuk mengelola pendapatan. Safir menyebutkan, orang akan menjadi miskin kalau tidak bisa menyisihkan pendapatan karena habis untuk konsumsi alias biaya hidup. Sedangkan orang akan menjadi kaya jika orang tersebut bisa menyisihkan pendapatannya untuk menabung (tempo.com, 7 Desember 2011).
Manajemen Pendapatan Tambahan
Memperoleh pendapatan tambahan bisa dari mana saja. Mulai dari berbisnis kecil-kecilan seperti yang dilakukan Panji dan Maylita, berjualan secara online, atau berbisnis yang terkait dengan kegemaran. Namun, agar pendapatan tambahan bisa memberi manfaat, Anda juga perlu memikirkan, bagaimana mengelola pendapatan tambahan yang bijak. Berikut tips mengatur keuangan yang bisa Anda lakukan dengan pendapatan tambahan.
Menentukan skala prioritas penggunaan pendapatan tambahan
Saat memperoleh pendapatan tambahan, jika tidak hati-hati, uang yang didapat hanya akan habis untuk keperluan yang bersifat konsumtif. Untuk itu, saat memiliki pendapatan tambahan, Anda perlu menentukan skala prioritas, akan digunakan apa uang yang diperoleh tersebut. Perencana keuangan Pandji Harsanto menyebut perlunya mengetahui kondisi keuangan terkait dengan kewajiban-kewajiban yang harus dibayar segera. Misalnya, apakah Anda memiliki tanggungan utang jangka pendek yang harus dibayar? Jika ada, utamakan untuk membayar utang tersebut agar tak jadi beban keuangan di kemudian hari. (republika.com, 16 Januari 2015).
Menyiapkan dana rekening khusus untuk menampung pendapat tambahan
Agar tidak mudah tergoda melakukan pembelian atau belanja barang-barang yang tidak dibutuhkan akibat memiliki uang tambahan, Anda bisa menyimpan pendapatan tambahan tersebut pada rekening khusus yang dipisahkan dari rekening untuk dana operasional. Sehingga, pendapatan tambahan ini bisa dimanfaatkan sebagai dana darurat yang bisa digunakan jika terjadi hal-hal mendadak yang membutuhkan dana ekstra, seperti saat dirawat di rumah sakit. Pandji Harsanto menyarankan, bila perlu disediakan rekening khusus yang tidak dilengkapi dengan kartu debit atau fasilitas penarikan dana cepat melalui mesin ATM agar uang tak mudah dicairkan (republika.com, 16 Januari 2015).
Menggunakan pendapatan tambahan untuk peristiwa tidak terduga
Anda tak bisa memastikan apa yang akan terjadi di masa depan. Karena itu, jika ada pendapatan tambahan, Anda bisa mengalokasikan dana tersebut untuk menghadapi peristiwa yang tidak terduga tersebut. Misalnya, untuk biaya memperbaiki kendaraan yang rusak, menjenguk saudara yang sakit, atau membiayai kebutuhan mendadak saat sedang melakukan perjalanan. Dan bila kenyataannya, tidak ada kebutuhan mendesak atau kebutuhan akan biaya tidak terduga, maka pendapatan tambahan tersebut dapat Anda gunakan untuk biaya hiburan seperti travelling ataupun untuk membiayai pendidikan bila Anda memiliki rencana melanjutkan tingkat pendidikan.
Memisahkan pendapatan tambahan untuk menambah modal usaha
Pengalaman Maylita dan Panji sebenarnya bisa menjadi gambaran, bahwa pendapatan tambahan, khususnya yang berasal dari hasil berbisnis, harus dikelola dengan baik. Sayangnya, menurut Wire Ariyayudanto dari salah satu lembaga keuangan yang fokus pada pengembangan usaha kecil dan menengah (UMKM) mengatakan, bahwa banyak UMKM berhasil meraih penjualan yang memuaskan, tapi jadi gagal berkembang karena kurangnya pengetahuan dalam mengelola arus kas keuangan. Banyak dari mereka yang masih mencampur keuangan rumah tangga dan usaha (viva.co.id, 23 Maret 2014). Untuk itu, menurut perencana keuangan Sri Khurniatun RFA, rencana keuangan harus ditentukan dengan jelas, berapa yang boleh untuk diambil untuk memenuhi kebutuhan pribadi, berapa yang seharusnya disimpan sebagai modal pengembangan usaha, dan berapa untuk membayar cicilan utang (majalahwk.com, 26 Maret 2015).
Tentu tips mengatur keuangan pendapatan tambahan tersebut akan lebih maksimal jika Anda juga berdisplin mengatur dan menaati alokasinya sesuai rencana.
Sebarkan artikel ini kepada relasi Anda melalui media sosial. Bagikan juga pengalaman Anda mengelola pendapatan tambahan pada kolom di bawah ini.