Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Mengompol Saat Tertawa

Selamat siang dok,

Sejak kecil sampai sekarang saya memiliki masalah atas kontrol buang air seni khususnya ketika tertawa. Saat tertawa saya sering menutupi mulut saya, karena takutnya ngompol. jika saya tutupi, perut bagian kanan atau kiri saya nyeri dan sakit. Mohon sarannya bagaimana cara mengatasi mengompol ketika tertawa dan mengapa saya bisa merasakan sakit, apakah ada masalah di saluran kencing saya?

Terima kasih.

Ris Yuni

 

Dear Ibu Ris Yuni

Terima kasih atas pertanyaan Anda. Kami mengerti kekhawatiran yang Anda rasakan.

Untuk mengetahui cara mengatasi mengompol, ada baiknya Anda perlu mengenal terlebih dulu kondisi yang Anda alami. Dari cerita yang Anda paparkan kondisi yang Anda alami di dalam medis dikenal dengan istilah inkontinensia urin atau ketidakmampuan menahan keinginan buang air kecil.

Berikut penyebab paling banyak dari inkontinensia urin adalah :

  • Diabetes mellitus yaitu penyakit di mana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi.
  • Jumlah persalinan yang banyak
  • Berat badan berlebihan (indeks massa tubuh (IMT) > 30). Indeks massa tubuh merupakan suatu perhitungan untuk mengetahui status gizi seseorang.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut :

                          Berat Badan (Kg)

IMT =   ———————————————

            Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

 

Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

1.  Kategori IMT kurus :

  • Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
  • Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

2. Kategori berat badan normal : 18,5 – 25,0

3. Kategori berat badan gemuk :


  • Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
  • Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
  • Riwayat operasi di daerah rahim
  • Trauma pada perut dan panggul
  • Cedera tulang belakang
  • Infeksi saluran kemih
  • Penyakit stroke, Parkinson (penyakit saraf yang ditandai dengan gangguan tremor (gemetar) pada saat diam di satu sisi badan, kemudian kesulitan untuk memulai pergerakan dan kekakuan otot), demensia (penurunan kemampuan mental secara perlahan yang ditandai dengan gangguan ingatan).

Inkontinensia urin terjadi karena adanya permasalahan pada otot dan saraf yang bekerja untuk menahan atau melepaskan air kencing. Sehingga saat otot organ kandung kemih tiba-tiba berkontraksi dan tidak terlalu kuat untuk menahan balik tekanan dari air kencing, sehingga terjadilah kebocoran air kencing ke saluran kencing.

Cara mengatasinya antara lain:

1. Untuk sementara Anda bisa memperkuat otot sfingter. Otot  sfingter  adalah otot-otot melingkar yang membantu menjaga urin dari kebocoran dengan menutup erat-erat seperti sebuah gelang karet di sekitar kandung kemih. Cara mengatasi mengompol dengan menguatkan  otot sfingter adalah melalui latihan senam Kegel, dengan latihan senam Kegel, otot sfingter terlatih kekuatannya, sehingga diharapkan tidak terjadi gangguan kebocoran urin.

Berikut cara melakukan latihan senam Kegel adalah:

  • Langkah pertama, posisi duduk atau berbaring, cobalah untuk menegangkan otot panggul dengan cara yang sama ketika kita menahan kencing. Anda harus dapat merasakan otot panggul Anda meremas saluran kencing dan anus. Apabila otot perut atau bokong juga mengeras maka anda tidak berlatih dengan otot yang benar.
  •  Ketika Anda sudah menemukan cara yang tepat untuk mengkontraksikan otot panggul maka lakukan kontraksi selama 10 detik, kemudian istirahat selama 10 detik.
  • Lakukan latihan ini berulang-ulang sampai 10-15 kali per sesi. Sebaiknya latihan ini dilakukan 3 kali sehari.
  • Latihan kegel hanya efektif bila dilakukan secara teratur dan baru terlihat hasilnya 8-12 minggu latihan teratur.

2. Hindarilah minuman yang menyebabkan kencing bertambah banyak seperti teh dan kopi.

3. Menjaga kebersihan alat kemaluan Anda.

Jika Anda sudah melakukan senam kegel namun belum ada perubahan, maka kami sarankan Anda melakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis urologi agar dapat dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan mendapatkan terapi yang tepat sasaran.

Demikian informasi yang kami sampaikan, semoga bermanfaat.

Salam sehat,

dr. Dyah Novita Anggraini