Penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak akibat terhentinya aliran darah ke otak yang terjadi secara tiba-tiba. Apabila tidak tertangani dengan baik dan cepat, penyakit stroke bisa berakibat fatal.
Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, disebutkan bahwa prevalensi penyakit stroke mencapai 12,1 per seribu orang. Penyakit stroke bisa menyebabkan kematian dan sisanya mengalami kecacatan yang beratnya bervariasi. Sebagai gambaran saja, Dr. Herianto Tjandra, dokter spesialis saraf dari Eka Hospital, menyebut bahwa dari seluruh pasien di tempatnya praktik, sekitar 60-70 persen adalah pasien penderita penyakit stroke. (kompas.com, Oktober 2013).
Stroke sebenarnya bisa dicegah apabila kita mengenali dan mendeteksi secara dini gejala-gejalanya. Menurut Stroke Awareness Foundation, gejala Stroke yang dapat dideteksi secara umum dikenal sebagai FAST (strokeinfo.org, 12 Februari 2015), yaitu;
- Face (wajah). Perhatikan perubahan bentuk wajah, apakah menjadi tidak simetris terutama ketika tersenyum. Cobalah minta kepada orang yang dicurigai terkena stroke untuk senyum.
- Arm (Lengan). Gejala stroke bisa dilihat apabila kedua lengan diangkat lurus ke depan, salah satu lengan yang kanan atau kiri tidak kuat bertahan? Atau, ada salah satu tangan yang turun terlebih dahulu.
- Speech (Berbicara). Saat berbicara terdengar kurang jelas atau cadel.
- Time (waktu). Apabila ketiga gejala di atas sudah terjadi, segeralah bawa ke dokter atau rumah sakit yang memiliki fasilitas penanganan stroke yang lengkap. Semakin cepat penanganannya, akan semakin mengurangi risiko kecatatan penderita stroke.
Namun, bila gejala-gejala tersebut tidak terdeteksi ataupun Anda abaikan sampai mendapatkan serangan stroke, sangat penting untuk mendapatkan penanganan medis yang cepat dan tepat. Menurut kalangan medis ada masa-masa yang disebut sebagai golden period pada stroke, yaitu tiga jam awal masa kritis saat gejala stroke pertama kali terjadi. Pada masa ini, menurut Dr. Eka Harmeiwaty, SpS , dokter spesialis saraf dari RS Harapan Kita Jakarta, perlakuan yang benar bisa menyelamatkan penderita stroke dari risiko yang lebih parah (antaranews.com, 5 Juli 2012). Dalam penanganan tersebut, dokter biasanya akan memberikan penanganan lebih lanjut sesuai dengan kondisi pasien. Mulai dari memberikan obat-obat tertentu hingga melakukan operasi jika memang diperlukan.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan setelah penderita stroke mendapatkan perawatan, adalah menjauhi hal-hal yang dianggap bisa memicu serangan stroke. Menurut dr. Abdul Gofir, Sp(S), dokter spesialis saraf dari RS Sardjito Yogyakarta, ada beberapa tindakan pencegahan agar serangan stroke tak terjadi lagi. Mulai dari mengurangi rokok, memperbaiki kadar gula darah, hingga rutin berolahraga dengan aktivitas sedang seperti aerobik (Gofir Abdul, 2001, Diagnosis Dini dan Penanganan Pertama Stroke, Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta).
Sebarkan artikel ini melalui fitur jejaring sosial dan berikan komentar Anda melalui kolom di bawah.