Keberadaan tim dalam sebuah startup merupakan satu hal yang wajib untuk terpenuhi. Ibaratnya, startup mustahil berdiri tanpa adanya suatu kolaborasi. Kolaborasi ini dibentuk idealnya dari beberapa orang yang mampu melengkapi semua elemen yang dibutuhkan. Startup membutuhkan paling tidak seorang business person, seorang hacker yang menguasai teknologi, dan designer yang mampu menghadirkan produk yang dapat diterima oleh masyarakat.
Seiring dengan berkembangnya startup, tentu saja diperlukan perluasan yang meliputi berbagai hal, termasuk dalam tim itu sendiri. Maka, yang awalnya tim diperlukan sebatas untuk menjadi co-founder, kini harus diperluas dengan melakukan partnership dengan pihak-pihak yang akan mendukung berkembangnya sebuah bisnis. Mencari partner untuk melakukan partnership bisa dikatakan sama ribetnya dengan mencari co-founder. Anda juga dituntut untuk mencari mereka yang memiliki visi dan misi yang sama serta menjelaskan value yang startup Anda yakini sehingga kerjasama bisa lebih efektif dan berjalan sesuai rencana.
Sebuah startup yang sukses bermula dari tim yang solid dan juga partnership yang baik. Sebaliknya, tim maupun partnership yang buruk menjadi salah satu penyebab dari kegagalan startup yang dirintis. Untuk menghindari kegagalan tersebut, sebagai founder Anda perlu melakukan beberapa hal di bawah ini.
1. Saling percaya dan tulis kepercayaan tersebut di atas kertas
Modal awal yang diperlukan sebelum memulai kerjasama dengan orang lain adalah adanya sikap saling percaya. Sebagai founder dari startup, Anda harus mempercayai partner Anda. Sementara, di sisi lain partner tersebut juga harus sepenuhnya mempercayai Anda. Kendati demikian, ada beberapa hal yang perlu Anda pahami. Pertama, ingatan manusia terbatas. Yang kedua adalah manusia mudah berubah sikap. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mengukuhkan kepercayaan tersebut di atas kertas. Tujuannya selain untuk menghindari hal-hal yang kurang diinginkan, seperti menghilang tanpa kabar, tidak sesuai komitmen, dan sebagainya, juga agar kedua pihak tetap ingat apa yang menjadi perjanjian dilakukannya kerjasama tersebut.
2. Kenali partner Anda dengan cukup
Tai Lopez, seorang investor dan juga pengusaha, pernah memberikan sebuah statement bahwa paling tidak dia baru akan menginvestasikan uangnya kepada orang lain yang telah dikenalnya minimal satu tahun. Ibarat sebuah pernikahan yang harus diawali dengan perkenalan terhadap pasangan, partnership dalam startup juga demikian. Keduanya harus saling mengenal agar mengetahui rekam jejak masing-masing. Memang tidak ada salahnya juga jika Anda memutuskan untuk menjalin kerjasama dengan orang yang baru dikenal. Namun, akan lebih menguntungkan jika Anda telah mengenal partner Anda dalam waktu yang cukup. Hal ini tujuannya adalah agar keduanya bisa menumbuhkan saling percaya dan mengerti cara kerja masing-masing.
3. Gunakan perhitungan logis, namun jangan lupa untuk tetap bersenang-senang
Sebuah partnership pastilah bertujuan untuk mencapai hal yang menguntungkan, baik bagi startup maupun partner yang Anda ajak kerjasama itu sendiri. Oleh karena itu, prinsip yang dipakai harus tetap logis, yakni untuk memperoleh keuntungan. Meski demikian, sebagai founder Anda tidak boleh egois. Bekerja di startup sudah cukup banyak tekanan. Jadi, usahakan untuk selalu bersenang-senang. Hal ini bertujuan untuk menciptakan iklim kerja yang menyenangkan baik bagi tim Anda maupun bagi partner yang akan Anda ajak untuk bekerjasama.
4. Ketahui tidak hanya kapasitas otak, tetapi juga kepribadian partner
Bekerjasama dalam hubungan kerja di startup seperti halnya orang menikah. Anda perlu mengetahui tidak hanya sebatas kapasitas seseorang dalam bekerja, tetapi juga kepribadiannya. Pilih partner yang berkepribadian menyenangkan agar proses kerja-kerja dengan dia juga berjalan menyenangkan. Selain itu, penting juga bagi Anda untuk menjelaskan value yang dianut oleh startup kepada partner. Usahakan memilih partner yang memiliki visi-misi yang sama agar tidak banyak cek-cok yang terjadi dalam startup yang sedang Anda rintis.