Home  »  Review   »  
Review

4 Media Sosial yang Dulu Jadi Primadona Namun Kini Terlupakan

[Foto: skolmarketing.com]
Sama seperti jenis bisnis lainnya, tidak semua media sosial bisa selalu bertahan. Dari sisi pengembang, hal itu mungkin bisa terjadi karena kurangnya inovasi. Sedangkan dari sisi pengguna, ada berbagai alasan mengapa mereka meninggalkan sebuah media sosial. Misalnya karena platform lain dianggap lebih seru, terdapat fitur menarik, atau hanya sekadar bosan dengan media sosial yang mereka gunakan.

Sekitar tahun 2000-an, ada beberapa media sosial yang sempat menjadi primadona. Tidak hanya di dunia, pengguna internet di Indonesia pun menjadikan media sosial ini sebagai pilihan nomor satu. Penasaran? Berikut adalah daftarnya.

1. Friendster

Siapa tak kenal Friendster? Media sosial yang didirikan oleh programmer bernama Jonathan Abrams pada 2002 ini sempat populer pada era 2000-an. Pada 2008, tercatat sekitar 115 juta orang di dunia menjadi anggota Friendster.

Beberapa fitur yang dihadirkan oleh media sosial ini antara lain memberikan kesempatan bagi pengguna untuk melakukan personalisasi akunnya, hingga berkirim testimoni.

Namun, kejayaan media sosial ini tidak berlangsung lama. Facebook yang saat itu sedang merangkak naik, dengan cepat menarik hati para pengguna internet di seluruh dunia. Akibatnya, Friendster terbebani masalah teknis sehingga penggunanya turun drastis di Amerika Serikat pada 2006. Sempat terseok, Friendster yang dibantu pengguna di wilayah Asia Tenggara didesain ulang sekitar tahun 2009.


Namun, pamor Friendster semakin hilang dan semakin ditinggalkan pengguna pada 2011. Akhirnya, pada tahun yang sama, media sosial ini berubah menjadi situs bermain gim.

 

2. Foursquare

Sekitar 2009, Foursquare sempat menjadi primadona di kalangan pengguna internet di Indonesia. Dengan platform ini, pengguna bisa berbagi lokasi dengan orang lain. Foursquare pernah menjadi media yang efektif untuk suatu tempat, seperti restoran, kafe, ataupun toko.

Walau masih bertahan hingga sekarang, pengguna Foursquare dikabarkan terus menurun. Foursquare sempat merilis platform baru dan terpisah dari layanannya, yakni Swarm, pada 2014. Namun, akhir tahun lalu sempat tersiar kabar bahwa nilai valuasi perusahaan turun. Kabarnya, hal itu terjadi lantaran ditinggal oleh CEO-nya, Dennis Crowley, yang memilih menjabat sebagai Executive Chairman.

Jeff Glueck yang menggantikan Crowley pun membantah kabar tersebut. Namun, ia tidak menampik bahwa selama periode 2009 atau 2010, perusahaan memang tidak terlalu menonjol.

3. Plurk

Media sosial berbasis microblogging ini sempat menjadi primadona di Indonesia pada 2009. Platform ini menawarkan layanan mirip Twitter, yaitu penggunanya bisa menuliskan status dengan panjang maksimum 140 karakter. Status tersebut dikenal sebagai plurk.

Seiring melonjaknya pengguna Plurk di Indonesia, membuat media sosial ini terus mengembangkan sayapnya. Akhirnya, pada 2013, Plurk merilis akun resmi Plurk Indonesia yang hadir untuk pengguna di Indonesia.

Meski begitu, pengguna Plurk sudah tidak sebanyak ketika masih didambakan oleh pengguna internet di Indonesia. Hingga saat ini, Plurk belum benar-benar ditinggal penggunanya dan masih digunakan secara terbatas.

4. MySpace

MySpace juga menjadi media sosial yang sempat populer pada era 2000-an. Platform yang diciptakan oleh Chris DeWolfe dan Tom Anderson ini hadir bagi penggemar musik yang ingin berjejaring sosial. MySpace juga sempat menjadi ajang komunikasi bagi band dan penggemarnya.

Pada masa kejayaannya, laporan mencatat, pengunjung MySpace bisa mencapai 75,9 juta orang dalam sebulan. Namun, keadaan itu juga tidak bertahan lama. Pengguna MySpace pun sedikit demi sedikit berkurang. Akhirnya, kepemilikan MySpace beralih ke Viant pada 2011. Saat itu, Viant membeli media sosial ini dengan nilai 35 juta USD atau sekitar Rp 471 miliar.