Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

7 Hal Ini Berpotensi Membuat Website E-Commerce Jadi Stagnan

[Foto: Wikimedia.org]
Menurut salah satu situs marketing strategy yakni Kikolani, tahun 2016 banyak dari website e-commerce yang lunglai. Penyebabnya beragam, mulai dari turunnya traffic, kurangnya hasil penjualan, maupun lesunya jumlah pengunjung dan visit. Permasalahan-permasalahan seperti ini ternyata dirasa sangat berpengaruh kepada penghasilan secara langsung dari pemilik website e-commerce tersebut.

Mungkin, Anda-Anda sekalian yang bermain di pemasaran digital juga pernah mengalami masa surut visit di website Anda. Mungkin, Anda juga sering bertanya juga mngapa jumlah kunjungan warganet jadi berkurang, apalagi jika Anda sudah menerapkan beragam strategi pemasaran dan metode periklanan, seperti membayar space untuk iklan, menggunakan website optimization, dan yang lain-lainnya. Namun, kalau belum tahu penyebabnya, bisa jadi turunnya traffic dari website e-commerce milik Anda adalah akibat tujuh hal yang ada di bawah ini. Mari disimak!

 

1. Kurang teroptimasi. ‘Optimized’ di sini tak melulu skala seringnya website Anda muncul di halaman Facebook atau halaman lain. Kurang teroptimasi di sini bisa berarti bahwa Anda kurang fokus dalam mengembangkan satu website khusus. Bisa jadi Anda memiliki lebih daripada satu website e-commerce, tapi Anda terlalu berambisi mendapatkan income yang lebih dengan menggunakan beberapa website tersebut, sehingga tak ada satu website yang benar-benar optimistis dipasarkan dan dilihat oleh orang banyak.

 

2. Kualitas gambar. Sederhana, tapi alasan ini juga adalah alasan yang sama mengapa banyak orang enggan untuk membeli suatu produk. Kejelasan gambar sangat diperhitungkan oleh para calon konsumen. Setidaknya sekalipun resolusinya tidak terlalu besar, kejelasan detail dan bentuk akan jadi pertimbangan. Logikanya sederhana, para calon konsumen tentu akan senang bila dapat melihat rupa barang incarannya dari layar karena mereka tidak bisa memegangnya secara langsung. Kalau dari layar sudah jelas, kecocokan amat mungkin meningkat.


 

3. Ukuran gambar. Hal yang satu ini mungkin agak terbalik dengan poin nomor dua. Anda tak perlu gunakan gambar dengan resolusi high definition, kecuali jika diminta oleh klien. Karena untuk tampilan website, gambar dengan resolusi high definition akan sangat mengganggu diakibatkan loading time yang panjang. Usahakan ukuran gambar cukup jelas tetapi juga cepat untuk ditampilkan di layar calon konsumen.

 

4. Waktu Akses. Nyaris sama dengan poin sebelumnya, poin ini mengutamakan kecepatan user dalam mengakses website. Hukum yang tidak tertulis adalah bahwa user biasanya akan mulai merasa malas masuk ke website Anda jika membutuhkan waktu lebih dari 3 detik. Setidaknya ada beberapa cara untuk mengimprovisasi kecepatan dari website milik Anda, seperti menggunakan fasilitas milik Google bernama PageSpeed Insight. Dengan tool ini, Anda akan bisa melihat seberapa cepat user mengakses website Anda untuk kemudian Anda tindaklanjuti supaya user tidak merasa ditinggalkan gara-gara mengakses website Anda terlalu lama.

 

5. Kompetisi. Internet sudah tidak bisa dipungkiri lagi memiliki level kompetisi yang sangat tinggi. Artinya tak cuma melakukan perubahan saja, Anda juga harus memberikan satu hal yang berbeda pada website sendiri. Jangan memaksa untuk menjual produk yang sama dengan rival, tapi jangan pula terlalu memaksa Anda harus sangat berbeda. Jika website Anda memiliki ciri khas dan Anda sudah mantap dengan itu, maka kuncinya tinggal berada di konsistensi, baik konsistensi memberikan pelayanan yang bagus, produk yang bagus, maupun konsisten dalam memberikan sesuatu yang baru.

 

6. Traffic. Traffic memang nyawa dari situs e-commerce. Jelas saja, bagaimana ada orang yang akan membeli dagangan Anda kalau tidak ada yang mampir? Jika Anda masih belum bisa mempromosikan website Anda menggunakan biaya yang cukup besar, maka traffic situs yang rendah bisa diakali dengan cross promotion. Cobalah untuk meningkatkan lalu lintas ke website Anda dengan mempromosikannya di akun media sosial media Anda, atau meminta tolong rekan Anda untuk ikut mempromosikan website berikut barang atau jasa yang Anda tawarkan.

 

7. Trauma. Poin terakhir dari penyebab mengapa website e-commerce stagnan kemungkinan adalah karena orang-orang mengalami pengalaman buruk. Pengalaman buruk tidak harus berarti konsumen merasa ditipu, tapi pengalaman buruk bisa juga bagaimana konsumen Anda tidak merasa nyaman saat masuk ke website Anda. Mungkin calon konsumen tidak tahu harus membayar ke mana, tidak terlalu nyaman dengan tombol-tombol navigasi yang membingungkan, atau mungkin konsumen merasa bahwa pembagian kategori di website Anda tidak terlalu bagus.

 

Pada dasarnya platform e-commerce adalah website yang memerlukan tingkat dinamisasi yang tinggi. Tantangannya beragam, tetapi solusinya juga tak cuma satu. Kurang atau menurunnya traffic pada akhirnya bisa disiasati dengan meningkatkan experience user, seperti mengurangi waktu loading dan memberikan sistem antarmuka yang mudah dan menarik buat para pengunjung.