Di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, banyak orang yang sukses mendulang Dollar dari internet. Terutama di sekitar tahun 2007-2012. Mantranya sederhana: website dengan trafik tinggi + Google AdSense. Siapa sangka, kini anjing pun bisa mendulang Dollar dari internet. Tentu saja yang menikmati uangnya adalah si pemilik anjing.
Salah satunya adalah The Dogist. Ini adalah akun Instagram yang dikelola oleh Elias Weiss Friedman. Pria yang berdomisili di New York ini hobi mengambil foto anjing-anjing yang ia temui, lalu menaruhnya di akun Instagram tadi. Banyak yang menyukai foto-foto Elias. Buktinya, follower-nya di Instagram mencapai hampir 2 juta pengguna.
Selain The Dogist masih banyak lagi akun Instagram anjing dengan jumlah pengikut yang fantastis. Contohnya:
- Piggy and Polly – 350.000 pengikut
- Samson – 109.000 pengikut
- Knox the Dox – 62.000 pengikut
- Sadie – 22.000 pengikut di Instagram, 122.000 pengikut di Vine
Jumlah pengikut akun Instagram sebanyak itu tentu menarik banyak pihak yang ingin ikut memanfaatkannya untuk membantu promosi produk mereka. Dan ini sudah terjadi. The Dogist contohyan, saat ini Elias sudah bekerjasama dengan Google dan Merck (perusahaan obat asal Jerman) dan sedang dalam tahap negosiasi dengan Nikon dan Equinox –ini Equinox tempat gym di AS ya, bukan klub di daerah Senayan itu.
Mengurusi kontrak kerjasama, negosiasi harga, jadwal publikasi dan sebagainya tentu memusingkan. Itulah makanya artis-artis film maupun musisi selalu memiliki tim management atau agency.
Hal yang sama juga terjadi pada akun Instagram anjing-anjing ini. Itulah ide awal Loni Edwards mendirikan The Dog Agency. Tentunya Lulusan Harvard Law ini paham dengan situasi ini, karena ia juga mengelola akun Instagram untuk anjingnya, Chloe -seekor bulldog Perancis yang memiliki 125.000 pengikut di Instagram.
Lalu berapa tarif yang dikenakan akun hewan berkaki empat ini untuk setiap postnya? Dalam wawancaranya dengan The Wall Street Journal, Loni mengungkapkan untuk akun Instagram anjing dengan pengikut 150.000 – 250.000 tarifnya lebih dari $3,000 untuk setiap post. Loni sendiri mengambil komisi dengan besar standar tarif manajemen, tanpa menyebutkan angkanya.
Ide Loni ini sepertinya cukup beralasan. Banyak orang yang menyukai foto-foto anjing yang lucu. Baik itu orang lanjut usia, anak muda, sampai anak-anak. Tapi tentu saja tidak semua merek (brand) dapat menggunakan akun ini untuk membantu promosi produk mereka. Apalagi di Indonesia yang penggunanya cukup sensitif.
Di Indonesia saya belum mendengar ada akun Instagram khusus hewan dengan pengikut sebanyak ini. Jika sudah ada, bersiaplah, mungkin pengelola akun itu akan segera mendulang Rupiah juga. Apalagi mengingat pelaku digital marketer di Indonesia cukup aktif mencari medium-medium baru untuk berpromosi.