Beijing saat ini tercatat sebagai kota paling padat di dunia, baik oleh penduduk maupun oleh kendaraan bermotor. Walau begitu, mereka bukannya tanpa upaya untuk memperbaiki. Setiap tahun, kota Beijing akan mengadakan event satu hari tanpa kendaraan. Dan di dalam satu hari itu pulalah segala macam kendaraan yang berbahan bakar bensin maupun minyak akan dilarang untuk melintas maupun diaktifkan di beberapa titik krusial di kota Beijing.
Menariknya, di saat itu pula masyarakat yang tinggal di sekitaran Beijing akan menyaksikan perbedaan yang signifikan, yaitu antara kota Beijing dengan kesibukannya sehari-hari dengan ketika kota berpenduduk lebih dari 21 juta jiwa itu tidak mengaktifkan kendaraan seharian. Ya, momen tersebut menjadi momen ketika warga Beijing menyaksikan langit terasa sangat bersih dan udara juga terasa sangat segar. Dan seperti yang sudah Anda pikirkan, kota yang dulunya bernama Peking ini memang sudah terlalu lama tenggelam dalam polusi kendaraan serta pabrik yang sekaligus menurunkan kualitas udara dan kesehatan masyarakatnya.
Mashable memaparkan bahwa pemerintah Tiongkok berniat untuk mengurangi dan mengeliminasi revolusi yang terjadi secara besar-besar di negeri mereka. Tak cuma sehari saja dalam satu tahun, namun niatan tersebut akan diwujudkan secara konsisten dengan membentuk satu kota buatan yang menjelma sebagai hutan vertikal. Mengadopsi konsep hutan vertikal Nanjing yang sebelumnya diproduksi oleh Stefano Boeri Architetti, rencananya lahan hijau baru ini akan diterapkan di kota Liuzhou yang padat penduduk. Rencana yang sudah di-breakdown oleh pemerintah Negeri Panda ini bakal menempati sebelah selatan dari kota tersebut, sementara pembangunannya sendiri akan kurang lebih menghabiskan beberapa bagian dari sungai Liujiang yang mencakup beberapa bangunan pemerintah, hotel, apartemen, sekolahan serta kurang lebih membutuhkan 40.000 pepohonan yang akan ditanam secara khusus.
Bangunan-bangunan vertikal di area tersebut kemudian akan ditanami pohon pada lobi serta balkonnya dan diharapkan bisa secara signifikan mengurangi jumlah karbondioksida sembari meningkatkan jumlah oksigen supaya udara lebih segar. Tak cuma untuk mengurangi polusi saja, bangunan-bangunan hijau tersebut juga dapat difungsikan sebagai pelindung di kala musim dingin tiba. Karena seperti yang diketahui, Tiongkok memiliki empat musim dan diharapkan saat musim dingin tiba penggunaan heater serta listrik bisa berkurang dengan adanya bangunan hijau tersebut. Jadinya, tak cuma bisa menghilangkan polusi pekat yang sering dikeluhkan masyarakat Tiongkok, tapi bangunan-bangunan ini juga berperan serta untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan beban dari perusahaan pembangkit listrik.
Lantas, seberapa luas kira-kira area yang akan dipergunakan sebagai spesimen yang dianggap bisa mewakili serta diasumsikan bisa mengurangi polusi secara signifikan di Tiongkok ini? Jika diperkirakan secara metrik, belum ada ukuran pasti seberapa luas area ini akan dibangun, tapi yang bisa dipastikan adalah bahwa area hijau ini bisa diperuntukkan bagi kira-kira 30.000 dari 3,8 juta penduduk. Tentunya, proyek ini baru sebagai inisiasi dan awal dari pembangunan bangunan-bangunan hijau ke depannya.
Setidaknya hingga artikel ini ditulis, sudah ada proyeksi dan konstruksi yang dibangun untuk hutan vertikal tersebut. Dan diperkirakan bakal rampung hingga bisa dihuni sejumlah 30.000 jiwa tadi pada tahun 2020.
Lantas dengan pekerjaan yang bisa disebut mega proyek tersebut, seberapa efektifkah kira-kira hutan vertikal ala Tiongkok bisa mengurangi polusi dan membersihkan udara di sekitarnya? Sebagai perbandingan saja, konsep kota hutan vertikal dari Nanjing diperkirakan mampu mengeliminasi sebanyak 25 ton polusi. Nah, hutan vertikal yang satu ini diperkirakan justru akan mampu menyerap hingga 57 ton polusi udara, termasuk asap dan debu serta mereduksi polusi suara dan menghasilkan ekosistem baru bagi hewan seperti burung, serangga, serta mamalia selain manusia lainnya.