Pada tahun 2015 jumlah pengusaha di Indonesia menurut Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga baru mencapai 1,65 persen dari total jumlah penduduk. Padahal menurutnya yang ideal setidaknya minimal 2 persen (republika.co.id, 12 Maret 2015). Untuk mencapai angka ideal tersebut, tentu dibutuhkan berbagai upaya agar pengusaha kecil bisa berkembang jadi pengusaha menengah dan besar. Sayangnya ternyata menurut beberapa penelitian, banyak pengusaha yang gagal gara-gara manajemen keuangan yang baik tidak diterapkan di usahanya. Menurut CEO dari sebuah perusahaan keuangan di Amerika Serikat David Goldin, kehabisan uang selalu menjadi alasan pertama mengapa orang gagal berwirausaha (viva.co.id, 5 Agustus 2014).
Lalu bagaimana agar manajemen keuangan yang baik bisa diterapkan pada usaha agar jadi sukses dan berkembang? Menurut pendiri dan CEO salah satu grup usaha media dan keuangan Chairul Tanjung dalam sebuah acara seminar yang diselenggarakan sebuah media di Jakarta, salah satunya adalah disiplin memutar uang (4 Februari 2015). Chairul juga menyebutkan apa yang diistilahkannya dengan CT Way, di antaranya yaitu: memulai usaha dengan niat baik; membaca dan menangkap peluang yang ada; tidak menjadikan uang sebagai modal utama; membeli barang untuk kebutuhan masa depan dengan harga saat ini; menjadikan kegagalan sebagai pembelajaran yang baik; selalu bekerja keras, pantang menyerah, detail, tidak kompromi terhadap hasil akhir, disiplin; menjadikan intuisi sebagai hal yang rasional, selalu mencari solusi dan bukan masalah; menggabungkan pragmatisme dan idealisme; serta mencari keberkahan Tuhan.
Lantas apa saja wujud dari CT Way yang bisa diterapkan untuk mengelola manajemen keuangan? Berikut hal yang disarikan dari buku biografinya, Chairul Tanjung Si Anak Singkong (Tjahja Gunawan Diredja, Jakarta, Penerbit Kompas, 2012):
Chairul mengatakan bahwa usahanya bisa maju salah satunya karena ia disiplin memutar uang keuntungan usaha. Ia menyebutkan ada momen tak terlupakan ketika dia mendapatkan uang cukup besar saat kuliah di tahun 1981. Waktu itu ada buku kuliah yang biaya fotokopinya Rp500. Dia kemudian mencari tempat fotokopi murah dan dia bisa mendapat harga Rp150 per buku. Dia kemudian menawarkan buku tersebut kepada teman-temannya dengan harga Rp300.
100 teman kuliahnya ternyata mau membeli buku dengan harga lebih terjangkau tersebut. Dia mendapatkan untung Rp150 X 100 orang, yaitu Rp15 ribu. Dari keuntungan Rp15 ribu itu ia gunakan untuk memutar kembali modal sehingga uangnya terus berkembang.
Dia lantas mengembangkan usaha cetak fotokopi untuk buku diktat. Bukan hanya teman-teman kuliahnya, dosen-dosen pun mulai menjadi pelanggannya. Dari keuntungan Rp15 ribu, labanya terus meningkat menjadi puluhan ribu dan kemudian menjadi ratusan ribu rupiah (Ibid, hal 14)
- Menjadikan modal untuk menciptakan peluang
Dengan perputaran modal yang makin besar, Chairul berpikir bagaimana agar uang itu terus berkembang. Pada saat itu dia melihat ruang di bawah tangga kampusnya di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang tidak terpakai. Dia melihat tempat tersebut ramai oleh lalu lalang mahasiswa. Dia berpikir kalau ruang di bawah tangga tersebut dijadikan tempat usaha bisa mendatangkan laba yang cukup baik. Usaha fotokopi adalah ide yang terlintas di pikirannya waktu itu. Daripada mondar-mandir ke tempat yang agak jauh untuk fotokopi murah, lebih baik Chairul membuka usaha di kampus (Ibid, hal 108).
- Mengembangkan modal dengan mencari partner yang sesuai
Jika Anda merasa belum cukup modal, Anda bisa mencari partner untuk berbagi usaha dengan sistem bagi hasil. Hal tersebut yang dilakukan Chairul Tanjung. Karena tidak punya mesin fotokopi, ia pun mencari partner untuk berbagi usaha. Dia menerapkan sistem bagi hasil dengan pengusaha fotokopi kenalannya. Setiap lembar fotokopi, Chairul akan mendapatkan Rp2,5 rupiah. Agar tidak dibohongi, dia mempelajari pengaturan mesin fotokopi dan bisa mengetahui berapa lembar kertas difotokopi hari itu. Dia pun tinggal meminta uang setoran tiap sore dan uang datang tanpa usaha yang berat (Ibid, hlm. 15).
Selain ketiga hal tersebut, dalam seminar yang diadakan sebuah media di Jakarta (4 Februari 2015), Chairul juga selalu menekankan pentingnya untuk berbuat lebih dibandingkan dengan orang lain. Artinya adalah jika Anda ingin manajemen keuangan berjalan baik, Anda juga perlu lebih berdisiplin dalam mengaturnya serta lebih tegas dalam mengatur pemasukan dan pengeluaran. Jangan sampai keuntungan yang didapat terlanjur dinikmati sehingga lupa membesarkan usaha.
Sebarkan artikel ini pada relasi Anda melalui fitur jejaring sosial. Jangan lupa bagikan juga pengalaman Anda dalam mengelola manajemen keuangan usaha melalui kolom di bawah ini.