Halo Ibu Prita,
Pada akhir Desember 2013, orang tua saya memberi saya modal Rp10 juta dan saya menggunakan uang tersebut untuk berdagang mukena. Beberapa pelanggan membayarnya kontan, sebagian lagi mencicilnya karena kondisi ekonomi di desa yang kurang baik. Karena suami saya pengangguran, uang yang saya peroleh dari berdagang mukena tersebut saya gunakan untuk membiayai kebutuhan suami dan anak-anak saya.
Dari modal yang Rp10.000.000,- itu saat ini hanya tersisa Rp1.000.000,-. Saya tidak ingin sisa uang tersebut habis sia-sia. Saya ingin menggunakan uang tersebut untuk membuka usaha kembali. Kira-kira usaha apa yang cocok untuk saya?
Salam,
[email protected]
Hai ibu, apa kabar? Memiliki usaha sendiri adalah salah satu jalan untuk mendapatkan penghasilan. Namun, pengaturan keuangannya juga harus lebih ekstra, karena ada perbedaan antara pengelolaan keuangan rumah tangga dengan keuangan usaha. Saya tidak dalam kapasitas memberikan saran mengenai usaha yang cocok untuk Anda, karena saya tidak paham keahlian, karakter konsumen di lokasi Anda, dan seberapa jauh Anda ingin meluangkan waktu untuk menjalankan usaha.
Namun, saya akan memberikan beberapa kiat agar usaha yang Anda jalankan dapat memberikan keuntungan bagi keuangan rumah tangga Anda.
Pertama, pisahkan antara keuangan usaha dengan keuangan rumah tangga. Hasil penjualan mukena adalah omzet usaha. Uang yang Anda dapatkan ini bukan keuntungan dari usaha dagang mukena. Omzet usaha harus dikurangi dengan biaya-biaya barulah hasil akhirnya merupakan keuntungan yang dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga Anda.
Kedua, tentukan bentuk model usaha. Coba pikirkan ulang apakah Anda mau berdagang saja, mau ikut memproduksi barang lalu dijual oleh orang lain, atau Anda mau melakukan semuanya. Pilih bentuk usaha yang paling mungkin Anda lakukan.
Saat ini, saya asumsikan usaha dagang mukena Anda bentuknya, Anda mengambil dari produsen mukena kemudian dijual di lokasi perumahan. Jika sistemnya beli putus, maka stok yang tidak terjual akan menjadi beban. Nah, itu sebabnya apabila sistem ini yang dijalankan, saya tidak sarankan Anda terima pelanggan membayar secara kredit.
Ketiga, buatlah laporan usaha. Setiap bulan, Anda harus mencatat hasil penjualan dan biaya yang sudah dikeluarkan. Apakah dagang mukena yang Anda lakukan ini hanyalah sebagai tenaga penjual? Jika iya, berikut contoh laporan usaha yang dapat Anda gunakan.
1. Hasil Penjualan (a)
Penjualan Tunai
Penjualan Kredit
2. Harga Pokok Penjualan (b)
Modal Mukena
3. Biaya-biaya (c)
Ongkos transport
Ongkos Pulsa
Ongkos Komisi
Ongkos Lain-lain _____________________
Keuntungan Bersih = (a) – (b) – (c)
_____________________
Dari laporan usaha, Anda bisa tahu persis berapa keuntungan yang diperoleh setiap bulannya. Selain itu, Anda bisa mengetahui informasi apakah harga jual yang ditetapkan mampu dibeli oleh pangsa pasar Anda. Jangan lanjutkan usaha apabila tidak ada keuntungan.
Keempat, mengumpulkan modal usaha. Untuk usaha mukena saat ini, Anda perlu tahu berapa keuntungan sesungguhnya yang telah Anda peroleh? Apabila dari modal 10 juta hanya bersisa 1 juta, apakah artinya usaha Anda tidak balik modal? Umumnya, dari keuntungan usaha 50% bisa diambil untuk keuangan rumah tangga, dan 50% sebaiknya disisihkan kembali untuk modal usaha.
Usaha apa pun yang akhirnya Anda pilih harus memberikan keuntungan bukan sekadar omzet usaha saja.
Live a Beautiful Life!