Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Mengatasi Krisis Keuangan Dan Keluarga

Dear Ibu Prita,

Keluarga saya mengalami krisis keuangan, karena terlalu banyak utang dan kredit. Suami sering meminta untuk pinjam lagi, tapi tidak saya ikuti karena dana sudah habis untuk menutupi utang. Akibatnya keluarga kami jadi kurang harmonis. Saya lebih suka menyimpan uang diam-diam agar uang bisa dialokasikan lebih baik.

Perlu ibu tahu kami buka usaha warnet yang sehari bisa dapat bersih Rp500 ribu. Karena makin besar suami tergiur dengan usaha yang lebih besar hingga menggadaikan dua rumah dan ruko yang saya tempati. Padahal untuk mencicil rumah dan ruko saja sudah Rp20jt /bulan. Itu belum termasuk biaya makan, listrik, air, gaji karyawan, asuransi, dan utang-utang kecil lainnya. Sebelum kejadian ini, kami hidup cukup dengan biaya per bulan Rp15 juta sudah semuanya.  

Mohon bantuannya bagaimana saya bisa menghadapi masalah keuangan ini? Sekadar informasi tambahan, saya sedang hamil 4 bulan dan harus operasi cesar karena ada kista.

Terima kasih atas nasihatnya,

Yulian Pondesta

 

Jawaban:

Ibu Yulian Pondesta yang baik,

Terima kasih atas pertanyaannya.

Untuk membenahi manajemen keuangan keluarga Ibu, pertama-tama yang harus dilakukan adalah mendata semua permasalahan dalam keuangan keluarga. Datalah aset dan utang yang dimiliki serta buatlah arus kas yang berisi pendapatan dan pengeluaran keluarga. Karena Anda memiliki bisnis, pisahkan aset-utang rumah tangga dan aset-utang bisnis serta arus kas rumah tangga dan arus kas bisnis.

Dengan asumsi penghasilan rumah tangga hanya bersumber dari bisnis, maka yang harus dibenahi terlebih dahulu ialah keuangan bisnis. Karena bisnis Anda berupa usaha warnet, maka di sisi aset usaha, Anda memiliki perangkat komputer dan penunjang akses internet serta tempat usaha.

Adapun untuk tempat usaha, putuskan apakah lokasi dicatat sebagai pinjaman dari pemilik atau dicatat sebagai bagian dari aset usaha. Apabila dihitung sebagai pinjaman, maka akan timbul biaya sewa dari keuangan usaha yang dibayarkan kepada keuangan pribadi pemilik. Dengan demikian, biaya sewa akan mengurangi keuntungan usaha. Namun, akan menambah penghasilan pribadi rumah tangga dalam bentuk penghasilan sewa.


Setelah menghitung laba rugi usaha, buatlah daftar utang-utang yang berkaitan dengan usaha, baik untuk pembelian aset, operasional usaha, dan lainnya. Pada prinsipnya, utang bisnis harus dibayar dari pendapatan bisnis. Artinya, jika pinjaman yang diambil oleh suami Anda memang digunakan untuk bisnis, maka cicilan pembayaran utang harus bisa diambil dari penghasilan bisnis, bukan dari penghasilan rumah tangga. Prioritaskan pembayaran utang dari yang bunganya paling besar.

Untuk mengukur kemampuan usaha Anda dalam pelunasan utang, maka dapat membandingkan antara pendapatan bersih operasional dengan total pembayaran cicilan utang. 

Apabila pendapatan bersih operasional sama atau lebih besar dari total pembayaran pokok dan bunga, maka usaha Anda bisa mendukung utang tersebut. Namun jika nilainya lebih kecil, maka Anda harus melakukan renegosiasi utang kepada pihak bank. Ajukan negosiasi kembali utang-utang untuk meningkatkan likuiditas atau ketersediaan dana kas usaha sehingga operasi usaha bisa terus berjalan.

Dalam kasus Ibu Yulian, negosiasi kembali ini tidak hanya bertujuan mengamankan operasional usaha, melainkan juga mengamankan kas yang tersisa dari keuntungan bisnis yang bisa ditarik untuk keuangan rumah tangga. Dengan demikian, untuk melakukan negosiasi tersebut, pertimbangkan jumlah sisa kas dari usaha yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Kuncinya, Anda harus menghitung kembali jumlah pengeluaran rumah tangga dan sisa kas dari usaha tersebut harus cukup atau lebih besar untuk pengeluaran yang sudah dihitung tadi. Mengingat saat ini Anda sedang hamil dan harus menjalani operasi caesar, maka Anda harus memperhitungkan dana yang harus ditabung dari sisa kas usaha untuk kebutuhan operasi tersebut.

Semoga bisa membantu Anda dalam manajemen keuangan keluarga serta bisnis! Live a beautiful life!

 

Salam hangat,

Prita Ghozie

Ahli keuangan