Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Mengatur Keuangan Keluarga Saat Krisis

Dear Mba Prita,

Saya seorang istri dengan 2 anak (4 dan 6 tahun). Suami saya baru bekerja setelah 5 tahun menganggur. Saat ini kondisi keuangan keluarga kami sangat memprihatinkan karena gaji tidak terlalu besar sedangkan banyak utang yang harus dibayar karena usaha suami sebelumnya gagal. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana mengatur keuangan keluarga di saat krisis? Terima Kasih.

Salam,

Asih Murwani

 

Ibu Asih yang baik,

Terima kasih atas pertanyaannya. Mengatur keuangan keluarga di masa yang kurang baik membutuhkan kerja sama yang baik antara suami dan istri sehingga masa ‘krisis’ bisa segera dilalui tanpa adanya konflik yang berarti. Berdasarkan informasi yang diberikan, problema yang dihadapi saat ini ada dua hal yaitu: jumlah utang yang besar dibandingkan aset dan pengeluaran yang lebih besar daripada penghasilan.

Mari kita cari solusi untuk permasalahan yang pertama. Dalam kasus yang dialami oleh keluarga Ibu Asih, masalah paling mendasar yang harus diatasi terlebih dahulu adalah menyelesaikan utang-utang akibat bisnis yang tidak berhasil.

Datalah aset-aset bisnis yang masih tersisa dan lakukan penjualan terhadap aset-aset tersebut. Gunakan dana hasil penjualan aset untuk membayar utang-utang bisnis. Jika dananya tidak cukup, gunakan aset pribadi yang memungkinkan untuk digunakan menutup utang tersebut, misalnya perhiasan, kendaraan, furnitur, dan lain-lain. Khusus untuk rumah, aset ini merupakan pilihan terakhir apabila pembayaran utang sudah sangat mendesak dan tidak ada pilihan lain untuk melunasi utang tersebut.

Menggadaikan aset juga bisa jadi salah satu alternatif untuk melakukan pendanaan kembali alias refinancing atas utang yang sudah ada sehingga Anda bisa mengatur kembali pembayaran utang yang baru dengan menyesuaikannya terhadap penghasilan saat ini. Refinancing adalah suatu usaha untuk menggantikan utang lama dengan utang baru yang suku bunga dan persyaratannya lebih ringan.


Apabila utang bisnis tersebut dilakukan dengan pihak bank, Anda bisa mencoba melakukan negosiasi kepada pihak bank mengenai opsi apa saja yang dapat Anda lakukan demi memenuhi kewajiban pembayaran pinjaman. Jika seluruh opsi tersebut tidak memungkinkan, Anda bisa mencoba melakukan refinancing dengan menutup utang lama dengan utang baru yang beban bunganya lebih ringan. Ingat bahwa maksimal nilai untuk debt service ratio atau rasio pembayaran cicilan utang adalah 30% dari penghasilan. Sebagai contoh, apabila gaji saat ini adalah Rp3 juta, maka besaran cicilan utang setiap bulan maksimal Rp900 ribu.

Masalah kedua, yaitu pengeluaran yang lebih besar daripada penghasilan. Untuk hal ini, saya ajak Ibu untuk melakukan evaluasi terhadap anggaran rumah tangga. Pos pengeluaran manakah yang merupakan pengeluaran terbesar? Apakah masih bisa dihemat? Penghematan sederhana bisa dilakukan dari rumah seperti mengatur menu makanan, pemilihan perangkat yang hemat listrik, dan seterusnya.

Jika penghematan sudah sangat ketat, maka Anda bisa menambah penghasilan. Anda juga bisa membantu menambah penghasilan untuk keluarga sehingga beban keuangan akan lebih ringan. Saat ini, banyak sekali pekerjaan yang bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga tanpa mengganggu waktu mengurus keluarga dan anak, misalnya menjadi reseller barang secara online, menjadi kontributor lepas untuk tulisan, artikel maupun video berita, atau hal lainnya yang sesuai dengan keahlian Anda.

Saat utang sudah lunas, Anda bisa sedikit demi sedikit menyisihkan penghasilan, misal 5 – 10% dari penghasilan, untuk ditabung sebagai dana darurat dan persiapan uang sekolah anak. Semoga jawaban ini bisa membantu Anda mengatur keuangan keluarga dengan lebih baik. Live a beautiful life!

Salam hangat,

Prita Ghozie, Ahli Keuangan