Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Mengubah Kebiasaan Buruk Berutang

Memiliki utang memang tidak dilarang. Yang merepotkan apabila berutang kepada pihak lain yang disertai biaya bunga tinggi, tapi tidak disertai bertambahnya aset. Lalu bagaimana agar saat kita berutang tidak mengganggu dana untuk pengeluaran sehari-hari?

Dalam buku “Energize Your Life”, praktisi keuangan yang juga akademisi Roy Sembel mengatakan, utang itu ada yang baik dan ada yang buruk. Utang baik adalah utang yang digunakan untuk mengembangkan aset produktif. Misalnya membeli tanah dengan cara kredit atau mencicil yang ketika dijual kembali Anda mendapatkan kenaikan harga jual yang lebih tinggi dari harga cicilan yang Anda lakukan. Sedangkan utang yang buruk adalah jenis utang yang digunakan untuk keperluan meningkatkan gaya hidup dan membeli aset nonproduktif. Misalnya membeli barang elektronik hanya karena alasan gengsi dan tidak memiliki nilai ekonomis, padahal harga jual kembalinya sudah pasti turun atau bahkan tidak ada harganya sama sekali. Ingat,  setiap utang akan menimbulkan risiko seperti bunga yang tinggi sehingga bisa berdampak pada pengeluaran lainnya.

Agar tak terjebak pada utang yang buruk, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan mengambil utang.

Pertama, untuk apa utang tersebut digunakan? Dalam mengambil keputusan berutang harus dilihat kebutuhan serta kegunaan dari barang atau aset yang akan dibeli dengan uang dari utang. Apakah pembelian barang atau aset tersebut dapat memberikan profit atau keuntungan di masa mendatang atau tidak contohnya utang ke bank untuk membeli rumah. Utang ini dapat memberikan Anda keuntungan apabila tujuan Anda adalah mengalihkan dana kontrakan yang Anda keluarkan setiap bulan menjadi pembayaran cicilan rumah. Pada akhirnya utang jenis ini dapat memberikan keuntungan yaitu kepemilikan aset rumah dengan jangka waktu tertentu.

Keputusan berutang tanpa mempertimbangkan dampak terhadap kelangsungan cashflow bisa menyebabkan terganggunya rencana keuangan yang sudah disiapkan. Sebagai contoh ketika Anda memutuskan untuk membeli mobil baru. Jika tidak direncanakan dengan baik, cicilan dari kewajiban membayar kredit bulanan mobil akan mengurangi jatah penempatan uang untuk alokasi lain. Misalnya, jika biasanya setiap bulan Anda punya dana alokasi rekreasi singkat bersama keluarga seperti nonton film bersama atau makan bersama keluarga di restoran, karena harus mencicil mobil, alokasi dana tersebut bisa berkurang atau malah hilang sama sekali.


Kedua, berapa besar utang yang ingin dan mampu Anda miliki? Ini cara mengelola keuangan yang penting untuk mengukur kemampuan cicilan Anda. Roy Sembel menyebutkan, cicilan yang disarankan maksimal kisaran 30% dari penghasilan bulanan. Ini sesuai dengan para saran ahli perencana keuangan di mana rata-rata porsi pengeluaran lainnya meliputi biaya belanja rutin bulanan dan makan minum (20%), tabungan (10%), tagihan lain seperti internet (10), utang lain (10%), pakaian (5%) dan entertainment (5) dan dana cadangan (10%). (leavedebtbehind.com, 11 Februari 2015) .

Dalam bukunya, Roy Sembel juga mengingatkah bahwa pos untuk membayar utang harus dibuat setelah kita mengalokasikan belanja bulanan, biaya pendidikan, dana darurat, dan dana pensiun. Dengan begitu, keharusan mencicil utang tak mengganggu kebutuhan lainnya.

Ketiga, perlu dipikirkan bagaimana utang bisa dilunasi dalam keadaan darurat. Kondisi darurat yang dimaksud adalah seperti kecelakaan atau kematian yang menyebabkan tidak ada lagi sumber penghasilan. Untuk poin ini, Anda bisa memperolehnya dengan menggadaikan barang, meminjam uang ke kantor, atau mencairkan deposito yang Anda miliki. Jika ternyata Anda tak punya dana darurat, pikir kembali, apakah utang yang akan diambil benar-benar diperlukan?

Intinya, berutang memang diperbolehkan. Tapi, banyak faktor yang perlu Anda pertimbangkan sebelum memutuskan berutang. Dan sebenarnya, ada cara mengelola keuangan lain yang bisa Anda lakukan tanpa harus berutang. Misalnya, dengan rutin menabung jika ingin membeli sesuatu. Anda bisa mengurangi alokasi kebutuhan konsumtif dan mengalihkan uang tersebut sebagai tabungan. Sehingga, jika sudah mencapai nilai tertentu, Anda bisa membeli barang yang Anda inginkan tanpa perlu berutang.

Anda punya pengalaman bagaimana manajemen utang agar tak jadi beban? Bagi pengalaman Anda di kolom komentar. Jangan lupa juga, sebarkan artikel ini melalui fitur jejaring sosial.