Seorang ahli bedah syaraf asal Italia baru-baru ini membuat geger dengan menyatakan bahwa dia akan melakukan operasi transplantasi kepala manusia, untuk pertama kalinya di dunia. Terlepas dari segala kontroversi menyusul pernyataannya tersebut, para ahli di bidang medis mengatakan bahwa transplantasi kepala adalah hal yang absurd, baik secara sains dan etika.
Ide awal dari transplantasi kepala manusia ini berangkat dari sebuah teori yang mengatakan bahwa prosedur tersebut bisa membuat orang yang lumpuh dari leher hingga kaki kembali berjalan, dan menggerakkan otot-otot mereka. Caranya adalah dengan memotong kepala pasien dan menyatukannya dengan tubuh seorang donor yang akan meninggal dalam keadaan sehat. Tubuh tersebut harus “diambil” sebelum sang donor meninggal dunia.
Profesor Sergio Canavero, sang ahli bedah syaraf dari Turin Advanced Neuromodulation Group di Italia, mengatakan bahwa dirinya terinspirasi dari eksperimen di tahun 1970 yang dilakukan Dr. Robert White, seorang dokter bedah asal Amerika yang mentransplantasi kepala monyet lumpuh ke tubuh monyet lain yang sehat. Setelah operasi, monyet tersebut mampu menggerakkan bola mata, mendengar, membaui, dan mengecap, namun sembilan hari kemudian binatang tersebut mati karena sistem imun dari tubuh donornya menolak adanya kepala “baru”.
Rencana Canavero tersebut mengundang reaksi skeptis dari para ahli. Dr. Eduardo Rodriguez, seorang profesor bedah plastik rekonstruktif dari NYU Langone Medical Center di New York City mengatakan bahwa dia “Tidak berpikir bahwa hal itu (transplantasi kepala manusia) adalah sesuatu yang mungkin dilakukan.”
Bahkan, kata dia, setelah beberapa dekade dihabiskan untuk meneliti segala aspek mengenai cedera tulang belakang, hanya ada sangat sedikit opsi untuk mengobati pasien dengan jenis cedera tersebut. Karena para peneliti belum menemukan cara untuk menyambungkan kembali tulang belakang manusia yang cedera, maka akan sulit sekali melakukan penyambungan dua tulang belakang dari dua orang yang berbeda.
Namun nampaknya Canavero punya pandangan lain. Dia juga sudah menemukan seorang sukarelawan untuk mempraktekkan transplantasi kepala manusia, yakni seorang pasien asal Rusia yang menderita kelumpuhan, Valery Spiridonov. Ahli komputer berusia 31 tahun itu mengatakan dia mempercayai Canavero dan apa yang dijanjikannya setelah operasi nanti. Sang dokter bedah kabarnya sedang mempersiapkan operasinya, yang waktu dan tempatnya belum ditentukan. Namun Canavero pernah membahas bahwa dia akan melakukannya pada bulan Desember 2017 di Inggris.
Metode transplantasi kepala manusia yang akan dijalankan dokter tersebut cukup mengerikan. Pertama, dia akan “membekukan” kepala pasien untuk mencegah selpsel otaknya mati, dan urat-urat yang menhubungkan arteri utama dan urat-urat lainnya menjadi layu. Lalu dia akan memotong tulang belakang pasien, memperbaiki dan menyambungkannya ke tulang belakang tubuh pendonor, dan menjahit kulit untuk menyatukan kepala dan tubuh tersebut.
Canavero menjelaskan bahwa prosedur pemotongan kepala akan dilakukan dalam kondisi hipotermik (suhu rendah), untuk mengawetkan jaringan yang berada dalam kondisi terpisah dari sistem sirkulasi tubuh. Setelah operasi, syaraf-syaraf pasien akan distimulir untuk membantu pemulihannya.
Pada dekade 1950-an, Vladimir Demikhov, seorang ilmuwan asal Soviet, telah melakukan eksperimen yang sama terhadap anjing. Namun alih-alih memotong kepala kedua hewan tersebut dan menyatukan kepala di tubuh yang berbeda, dia malah memotong kepala salah satunya, dan menyatukannya dengan tubuh anjing lain, sehingga tubuh tersebut punya dua kepala. Seorang ilmuwan asal Jepang juga dilaporkan melakukan eksperimen yang sama. Di samping semua kegagalan pada eksperimen transplantasi kepala hewan, kita belum pernah melihat hal yang sama dilakukan pada manusia.
“Kita tidak berada di posisi di mana kita bisa mengganti kepala dan tetap memiliki sistem syaraf pusat yang bekerja normal,” kata Rodriguez kepada LiveScience beberapa waktu lalu.
Rodriguez dan timnya telah melakukan transplantasi wajah paling komprehensif di dunia pada tahun 2012, kepada seorang pria bernama Richard Norris. Pasien tersebut menderita luka akibat tembakan senjata api yang membuat wajahnya hancur. Walaupun operasinya sukses dan mengembalikan beberapa fungsi syaraf-syaraf dan otot-otot wajah Norris, Rodriguez mengakui bahwa operasi tersebut “tidak sempurna.”
Hal lain yang membuat ide transplantasi kepala manusia sulit dilakukan adalah penolakan dari sistem imun tubuh. Jika sistem imun kita mengenali bagian tubuh yang bukan berasal dari tubuh kita, maka sistem imun akan menyerangnya. Hal ini beresiko mematikan organ yang ditransplantasikan. Walaupun ada pengobatan yang bisa menekan kerja sistem imun, tubuh “baru” dari pendonor akan tetap menolak organ-organ asing.
“Saya tetap tak bisa melihat kemungkinan (transplantasi kepala) itu,” kata Rodriguez. “Kedengarannya seperti cerita dalam film fiksi sains.”
Walaupun seandainya transplantasi kepala manusia mungkin dilakukan secara medis, namun beberapa ahli menyatakan hal tersebut mustahil dilakukan jika dilihat dari sisi etika.
“Saya pikir hal tersebut sangat menggelikan dan bodoh,” kata Arthur Caplan, seorang pakar bioetika di NYU. “Anda mungkin akan dituntut dengan pasal pembunuhan, jika memotong kepala seseorang saat mereka masih hidup.
Menurut Caplan, tubuh seseorang adalah sebuah bagian terpenting dari identitas personalnya. “Ide utama dari transplantasi kepala ini adalah untuk menyelamatkan diri Anda. Namun jika caranya adalah dengan mengubah tubuh Anda, maka bisa dibilang Anda tak benar-benar menyelamatkan diri Anda, tapi mengubah diri Anda menjadi orang lain,” katanya kepada LiveScience.
Menurut Caplan, ide transplantasi kepala manusia lebih tidak mungkin daripada kemungkinan bahwa suatu hari para ilmuwan akan menemukan cara untuk mengganti tubuh seseorang yang telah rusah dengan tubuh buatan, seperti eksoskeleton. “Kita mungkin akan lebih dulu melihat kepala manusia disambungkan dengan tubuh robot, daripada dengan tubuh manusia lain,” katanya.
Namun nampaknya semua kontroversi dan sikap skeptis para ahli tak menggentarkan Canavero. Menurut dia, seperti semua ide kontroversial yang pernah dilontarkan, idenya juga akan menimbulkan banyak penolakan dari berbagai pihak.