Home  »  Opinion   »  
Opinion

Peneliti: Mars Dinilai Berbahaya untuk Dihuni oleh Manusia

[Foto: foxnews.com]
Dibalik semangat para ilmuwan dalam membangun koloni di Mars, terdapat banyak kesulitan untuk mewujudkannya. Setidaknya, itulah pendapat yang dikemukakan oleh peneliti asal Universitas Edinburgh, yang menilai bahwa Mars kurang bersahabat untuk dihuni oleh manusia.

Tanah di daratan Planet Merah itu juga sudah dikonfirmasi bisa mematikan. Tanah yang mematikan tersebut memiliki bahan senyawa bernama perklorat, yaitu campuran klorin yang bisa menghancurkan bahan organik seperti sel jika dipanaskan. Dalam studinya, peneliti menelusuri bagaimana sebuah mikroorganisme melawan senyawa perklorat.

“Kita memang sudah tahu bahwa kehidupan apa pun di sana akan sangat susah untuk selamat, dan studi ini juga membuktikan itu”, kata Dirk Schulze-Makuch, seorang ahli astrobiologi dari Washington State University, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.

Studi tersebut juga menguji Bacillus Subtilis, bakteri yang biasanya mengontaminasi pesawat ruang angkasa sebagai dummy tes. Bakteri-bakteri tersebut dipaparkan oleh berbagai kondisi yang ada di Mars seperti radiasi UV, kondisi tanpa oksigen, dan suhu rendah. Lalu, berbagai kondisi tersebut diuji dengan adanya senyawa perklorat. Akhirnya, hasil dari studi itu dipublikasikan di Scientific Reports.


Karena Mars memiliki atmosfer rendah, maka planet tersebut tidak bisa terlindung dari radiasi. Peneliti ingin melihat bagaimana mikroba di lab tersebut bisa bertahan jika menggabungkan perklorat dengan radiasi UV seperti di Planet Mars.

Pada studi tersebut, radiasi UV sendiri membunuh banyak bakteri. Namun setelah terkena perklorat juga, semua bakteri-bakteri tersebut langsung mati dalam hitugan 30 detik. Sementara, bakteri yang hanya terkena perklorat tetapu tidak terkena radiasi, masih hidup setelah satu jam.

Dengan suhu rendah dan batu buatan, tingkat keselamatan bakteri meningkat sedikit. Namun, kombinasi radiasi UV dan perklorat tidak bisa menyelamatkan bakteri-bakteri tersebut.

Selain itu, para peneliti juga menguji apakah oksida besi dan hidrogen peroksida akan mendukung perklorat yang sudah terkena radiasi, untuk membuat daratan di Mars menjadi tidak cocok bagi kehidupan. Kedua kimia tersebut juga bisa ditemukan di Mars. Hasil menunjukkan, kombinasi tersebut juga menyebabkan kematian yang tinggi pada bakteri Bacillus Subtilis.

Akhirnya, peneliti menyimpulkan bahwa daratan yang ada di Mars saat ini berbahaya untuk sel karena adanya gabungan oksidan yang beracun, oksida besi, perklorat, dan radiasi UV.

Namun, jika peneliti menggali lebih dalam, maka kehidupan di Mars masih bisa ditemukan. “Meskipun daratan Mars tidak bisa dihuni, masih ada potensi di bawah daratan tersebut untuk ditelusuri,” kata Jennifer Wadsworth, penulis studi astrobiologi yang merupakan mahasiswa PhD astrobiologi.

Ia dan rekannya, Charles Cockell masih mencari bagaimana kombinasi radiasi UV dan perklorat bisa membunuh organisme. Untuk saat ini, mereka belum tahu pasti seberapa besar efek kombinasi tersebut. Namun, masih ada kemungkinan bahwa efeknya tidak hanya di daratan saja.

Studi ini membuktikan bahwa mendirikan sebuah tempat riset di Mars masih berbahaya. Schulze-Makuch berkata, “Dalam lingkungan rumah kaca, sebagian besar radiasi UV akan menurun. Perklorat juga akan hilang jika disiram air. Namun, kita harus menyiapkan dari awal tanah yang digunakan untuk menanam tanaman di rumah kaca itu, karena pastinya akan lebih sulit.”

Sementara itu, Jennifer Wadsworth mengatakan bahwa perklorat berbahaya untuk manusia. “Jadi, kita harus memastikan bahwa kita menyimpannya dengan hati-hati,” katanya. Namun, menurutnya, ancaman yang lebih besar dan cepat bagi koloni Mars adalah jumlah radiasi yang mencapai di daratan permukaan.

Jadi, akankah misi Mars bakal tetap berjalan? Kita tunggu saja kabar selanjutnya.