Peneliti dari MIT telah menciptakan sebuah alat yang sebelumnya hanya bisa ditemukan di film mata-mata maupun fiksi ilmiah. Alat ini merupakan sebuah kamera yang dapat membaca buku yang tertutup dengan teknologi yang memanfaatkan radiasi terahertz.
Teknologi ini tentunya akan sangat berguna bagi mata-mata para peneliti yang ingin membaca isi sebuah buku kuno tanpa harus khawatir akan merusak lapisan kertasnya yang begitu rapuh dan peka. Sebenarnya, sepuluh tahun yang lalu para peneliti di MIT telah menemukan bahwa radiasi terahertz—yang terletak di antara gelombang mikro dan cahaya inframerah dalam spektrum elektromagnetik—dapat digunakan untuk membaca sebuah surat yang ada di dalam amplop yang tertutup.
Dalam penelitian terbarunya yang dipublikasikan pada jurnal Nature Communications, para peneliti ini berhasil menciptakan prototipe sebuah sistem pencitraan yang menggunakan gelombang terahertz yang dapat merefleksikan celah kecil antara halaman pada sebuah buku. Setelah itu, sebuah algoritma yang dikembangkan oleh tim Georgia Tech akan menginterpretasikan hasil yang didapat oleh prototipe sistem pencitraan ini.
“Museum Metropolitan di New York sangat tertarik dengan [alat] ini karena mereka ingin melihat isi buku-buku kuno yang tidak dapat mereka sentuh,” ujar Barmak Heshmat, peneliti dari MIT Media Lab dan co-author dari studi ini.
Radiasi Terahertz ini juga rupanya digunakan pada penelitian pemindaian keamanan. Dan tidak seperti sinar X-ray, radiasi terahertz ini juga tidak akan merusak jaringan atau DNA. Selain itu, frekuensi terahertz dapat membedakan tinta dengan kertas kosong, sementara sinar X-ray tidak dapat melakukannya. Algoritma ini dapat ‘menembus’ 20 halaman teratas pada sebuah buku. Namun, setelah melewati halaman ke 9, sinyalnya semakin melemah untuk mendeteksi huruf-huruf yang ada. Tapi tentu saja, di masa yang akan datang teknologi ini diharapkan akan semakin berkembang.