Dibalik upaya para ilmuwan dalam meneliti, menginjakkan kaki, serta mengolonisasi Mars, terdapat sebuah risiko yang cukup membahayakan. Hal tersebut diungkapkan dalam riset yang dikeluarkan oleh Universitas Nevada Las Vegas, Amerika Serikat. Mereka menyebutkan, pergi ke Planet Merah berisiko besar terkena kanker.
Hal ini dikarenakan adanya peningkatan paparan sinar kosmik atau radiasi di luar angkasa yang terdiri dari partikel berenergi tinggi yang berasal dari matahari. Francis Cucinotta, Guru Besar Fisika Kesehatan dari Universitas Nevada Las Vegas, mengatakan bahwa akibat paparan radiasi yang berlebihan, maka astronaut akan terkena berbagai penyakit.
Penyakit tersebut tidak hanya kanker, tetapi juga gangguan sistem saraf pusat, katarak, penyakit peredaran darah, dan sindrom radiasi akut. Sinar kosmik, seperti atom besi dan titanium, sangat merusak sel yang dilalui karena tingkat ionisasi sangat tinggi.
Cucinotta mengatakan, energi itu bertabrakan dan mampu melukai nukleotida di DNA, sehingga bisa meningkatkan proses mutasi genetik dan kanker. Apalagi, ia melanjutkan, menjelajahi Planet Mars membutuhkan waktu sekitar satu tahun. Oleh karena itu, bisa dipastikan bahwa energi kosmik yang besar itu akan merusak sel-sel dan membuatnya bermutasi, lalu menimbulkan kanker.
“Beruntung Bumi yang kita tinggali dilindungi oleh medan magnet yang membelokkan semua energi besar itu,” ujar Cucinotta.
Radiasi melebihi dosis maksimal
Sebelumnya, pada 2013, sebuah riset menunjukkan bahwa total radiasi yang akan diterima manusia saat perjalanan ke Mars melebihi dosis maksimal. Instrumen Radiation Assessment Detector (RAD), kendaraan antariksa Curiosity, mengukur total radiasi yang diterimanya selama 253 hari dan 560 juta kilometer perjalanan menuju Mars. Hasil pengukuran tersebut telah dipublikasikan di jurnal Science.
Eddie Semones mengungkapkan bahwa berdasarkan pengukuran, total radiasi yang diterima astronaut selama misi pulang dan pergi ke Mars yang lebih dari setahun, akan melebihi dosis yang diperbolehkan sepanjang karier astronaut itu.
Sementara itu, NASA memiliki kebijakan bahwa radiasi yang diterima oleh astronaut tidak boleh meningkatkan risiko kanker lebih dari 3 persen. Sebagai ilustrasi, radiasi sebesar 1.000 milisievert sepanjang karier akan meningkatkan risiko kanker 5 persen.
Jumlah radiasi yang diterima terukur oleh instrumen RAD sebesar 1,8 milisievert setiap harinya. “Berdasarkan data ini, dan model kami yang melakukan konfirmasinya, kita akan menerima lebih dari batas 3 persen,” kata Semones.
Diduga, radiasi di permukaan lebih rendah. Berdasarkan pengukuran awal, radiasi yang diterima sebesar 0,7 milisievert, lebih kurang sama dengan radiasi yang diterima astronaut di International Space Station (ISS).
Tantangan mengolonisasi Mars memang berat. Namun, bukan berarti hal itu menjadi alasan untuk berhenti berupaya. Beberapa teknologi dapat dikembangkan untuk mendukung upaya mewujudkan misi ke Planet Merah.
Semones mengatakan, salah satu yang perlu dikembangkan adalah teknologi propulsi. Pengembangan teknologi ini akan membantu menyingkat waktu perjalanan ke Mars sehingga radiasi yang diterima bisa lebih kecil.
“Untuk mengurangi dampak sinar radiasi kosmo, kita perlu ke sana lebih cepat. Namun kita perlu pelindung, pelindung lokal, untuk melindungi efek dari partikel Matahari. Jadi ini, bisa berjalan bersamaan,” jelas Semones.
Salah satu yang perlu diupayakan agar perjalanan ke Mars lebih cepat adalah teknologi propulsi yang jauh lebih baik. Deputi Direktur Eksplorasi Lanjut NASA, Chris Moore, mengatakan bahwa teknologi nuclear thermal rocket menjanjikan, meskipun masih perlu dikembangkan.
Selain itu, Moore mengungkapkan bahwa air memiliki potensi untuk mengurangi radiasi. Hidrogen yang terkandung dalam air terbukti menjadi pelindung efektif dari radiasi sinar kosmos.