Menurut “pengelihatan” CEO Google Sundar Pichai, masa depan perusahaannya terletak pada teknologi artificial intelligence (AI), alias kecerdasan buatan. Ini artinya, produk-produk Google di masa depan akan lebih bergantung kepada pembelajaran mesin, yakni teknologi pemrograman yang memungkinkan komputer untuk “belajar” dari diri mereka sendiri.
Anda tentu sudah melihat bagaimana AI bekerja pada Google Assistant, untuk memahami pertanyaan yang Anda ajukan, serta pada Google Photos, yang menggunakan AI untuk mengidentifikasi hal-hal seperti benda, hewan dan manusia.
Namun nampaknya para petinggi Google juga ingin para pengembang di luar sana menggunakan perangkat lunak AI yang telah mereka sediakan secara open source, termasuk terjemahan dan pengenalan visual, untuk mengembangkan fitur dan aplikasi baru. Menurut Google, dengan memberlakukan kebijakan open source bagi perangkat lunak yang mereka ciptakan, orang-orang di luar Google bisa “membantu” mengembangkan teknologi perusahaan tersebut.
Google mempublikasikan A.I. Experiments untuk menunjukkan bagaimana perangkat lunak AI Google bekerja, secara sederhana. Publikasi tersebut menawarkan demonstrasi interaktif yang akan menunjukkan teknologi open-source Google. Situs ini bertujuan untuk mempromosikan perangkat lunak dan mendorong pengembang untuk menggunakannya, dengan beberapa kode untuk keperluan eksperimen yang tersedia di situs tersebut.
Tools yang tersedia di situs web tersebut cenderung mudah digunakan dan diutak-atik, bahkan jika Anda bukan seorang ahli pemrograman. Situs web tersebut juga memungkinkan kita untuk “mengintip” bagaimana cara Google “mengajari” komputer untuk melakukan berbagai hal. Kadang-kadang, interaksi pengguna dengan tools tersebut bisa mendukung eksperimen dan pengembangan yang dilakukan oleh Google di masa depan.
Setidaknya salah satu dari 10 percobaan yang telah diunggah di situs tersebut, yakni “Quick, Draw!”, telah memainkan peran dalam penelitian AI Google. Widget tersebut meminta pengguna untuk menggambar hal tertentu, seperti papan jungkat-jungkit, dalam waktu kurang dari 20 detik. Sementara pengguna menggambar, program mencoba untuk menebak apa yang mereka gambar.
Google menggunakan doodle dari “Quick, Draw!” untuk “mengajar” perangkat lunak kecerdasan buatan cara menggambar sendiri.
Pekan lalu, Google menambahkan widget menggambar yang lain, disebut AutoDraw, yang bisa mengubah doodles menjadi clip art dengan cara membandingkan doodles tersebut dengan database sketsa profesional.
Selain itu, Google juga telah melakukan beberapa eksperimen lainnya, seperti demonstrasi di mana AI mencoba untuk meniru tulisan tangan pengguna, aplikasi yang mampu mengidentifikasi benda-benda yang ada dalam foto (dan menyebutkannya dalam Bahasa Inggris), dan eksperimen yang memvisualisasikan bagaimana mesin bisa mengidentifikasi dan mengenali suara berbasis kepada kemiripan suara terhadap satu sama lain.