Ini adalah minggu yang berat bagi Samsung. Setelah tersandung beberapa kasus di mana smartphone Galaxy Note 7 nya meledak ketika sedang dicharge, jumlah kasus serupa terus meningkat hingga kini telah mencapai 35 kasus. Menanggapi hal ini, regulator penerbangan Amerika, Federal Aviation Authority (FAA), berencana akan melarang penumpangnya membawa Samsung Galaxy Note 7 pada saat penerbangan.
Dalam pernyataannya, juru bicara FAA menjelaskan pada Gizmodo bahwa mereka tengah menyusun sebuah panduan yang terkait dengan masalah ini. “Jika sebuah perangkat ditarik kembali oleh produsennya, maka baik staf penerbangan maupun penumpang tidak diperkenankan membawa baterai maupun barang elektronik dengan baterai yang telah ditarik [kembali] ke dalam kabin pesawat terbang, tas bawaan, dan koper.“
Maskapai penerbangan Qantas bahkan dilaporkan telah melarang penumpangnya untuk mengisi baterai perangkat Samsung Galaxy Note 7 nya selama penerbangan karena khawatir perangkat tersebut menimbulkan kebakaran yang dapat membahayakan penerbangan dan seluruh penumpangnya. Juru bicara Qantas Group mengkonfirmasi larangan itu dan menjelaskan bahwa langkah itu diambil menyusul penarikan kembali Samsung Galaxy Note 7 secara internasional.
Memang, kasus meledaknya Galaxy Note 7 memaksa Samsung untuk menghentikan distribusi Galaxy Note 7 nya itu dan menarik kembali 2.5 juta Galaxy Note 7 yang sudah terjual sebelumnya. Samsung mengkonfirmasi bahwa para pengguna Galaxy Note 7 dapat menukarkan ponselnya tanpa dikenakan biaya sepeserpun. Menurut laporan, beberapa operator di AS bahkan sudah mulai memberikan opsi bagi pengguna Galaxy Note 7 untuk mengganti ponsel mereka dengan Galaxy Note 7 yang baru atau dengan ponsel Galaxy S7/S7 Edge.
Menurut perkiraan Bloomberg, penarikan global ini memaksa Samsung menghabiskan dana yang mencapai $1 milyar (setara Rp 13 trilyun). Bagi Samsung, kasus ini datang pada waktu yang sangat tidak tepat mengingat saingan terberatnya, Apple, baru saja meluncurkan iPhone generasi terbarunya.