Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Mencegah Tumor Tumbuh Lagi

Salam kenal Dokter,

Pada 31 Juli 2013, saya melakukan operasi di paha kiri untuk mengangkat tumor sebesar kepala bayi. Pada saat itu sebagian otot paha saya dibuang. Tapi setelah operasi pengangkatan tersebut saya belum cek lagi (scan/rontgen) karena kata dokter yang menangani saya nanti saja kalau sudah satu tahun operasi. Namun karena berbagai hal,  sampai sekarang saya belum cek lagi.

Sekarang kaki kiri saya kadang-kadang sering lemas, apakah tumor itu bisa tumbuh lagi? Bagaimana cara mencegahnya? Apakah tumor saya merupakan gejala penyakit kanker? Sekarang saya mencoba tidak menggunakan MSG dalam masakan saya.

Terima kasih,

Siti Aisyah

 

Dear Ibu Siti,

Kami mengerti kekhawatiran yang Anda rasakan. Keluhan Anda adalah kaki kiri terkadang lemas dan mempunyai riwayat tumor di paha kiri.

Pengertian tumor secara medis adalah pertumbuhan sel atau jaringan yang terus-menerus, tidak terkendali, dan tidak mempunyai fungsi di dalam tubuh kita. Jika dibedakan dari jenis pertumbuhannya, tumor digolongkan menjadi tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna).

Tumor jinak adalah pertumbuhan sel tidak normal tetapi tidak menyerang jaringan yang berdekatan, tumbuh lambat, dan tidak berbahaya. Sedangkan tumor ganas disebut juga kanker. Munculnya benjolan sering dianggap sebagai gejala penyakit kanker.

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh normal yang berubah menjadi sel kanker dan mempunyai sifat tumbuh secara cepat, sehingga memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang berdekatan (dalam istilah medis dinamakan metastasis).

Gejala penyakit kanker tergantung dari jenis kanker, dan lokasi penjalaran kanker tersebut di dalam tubuh. Gejala umum dari kanker bisa dilihat sebagai berikut:


  • Penurunan berat badan.
  • Perubahan warna kulit menjadi lebih hitam.
  • Terdapat perdarahan secara spontan pada bagian tubuh.
  • Batuk lebih dari tiga bulan.
  • Perubahan suara menjadi serak.
  • Pembesaran kelenjar getah bening yang merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh.
  • Terdapat benjolan.

Untuk mengetahui diagnosa Anda saat ini – apakah benar terdapat gejala tumor berulang atau terdapat penyakit lainnya – diperlukan pemeriksaan fisik secara langsung dengan dokter spesialis bedah. Tujuannya, agar dapat dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan wawancara medis secara lengkap terkait dengan gejala yang dialami oleh pasien. Terkadang diperlukan juga pemeriksaan penunjang seperti:

  • Pemeriksaan darah lengkap dan kadar elektrolit di dalam darah dengan mengambil darah menggunakan jarum suntik dan hasilnya diperiksa di dalam laboratorium menggunakan alat.
  • Pemeriksaan dengan rontgen.
  • CT Scan. Computerized Tomography Scanner (CT Scan) adalah mesin sinar-x khusus yang mengirimkan berbagai berkas pencitraan secara bersamaan dari sudut yang berbeda.
  • MRI. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah metode diagnostik dengan pemindaian yang menggunakan pemaparan medan magnet dan frekuensi radio gelombang elektromagnetik di dalam tubuh.
  • Biopsi. Biopsi dilakukan dengan mengambil sebagian jaringan dengan alat khusus pada daerah yang mengalami penonjolan. Jaringan ini akan diperiksa di laboratorium menggunakan suatu alat yang dinamakan mikroskop.  Hasil dari biopsi akan menentukan apakah benjolan tersebut termasuk tumor jinak atau tumor ganas.

Untuk menghindari terjadinya tumor, Anda dapat menjalani beberapa kiat-kiat berikut ini:

  • Memperbanyak makan sayur dan buah seperti sayuran hijau (bayam, brokoli), jeruk, apel, pir, pisang.
  • Mengurangi asupan lemak. Asupan lemak yang berlebihan akan menambah berat badan Anda, dan ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker.
  • Mengurangi minum alkohol.
  • Berhenti merokok.
  • Rutin berolahraga, minimal setengah jam sehari.
  • Vaksinasi hepatitis B dan Human papillomavirus (HPV), karena kedua penyakit ini bisa berpotensi menjadi kanker hati dan kanker leher rahim.
  • Melakukan pemeriksaan setahun sekali ke dokter.

Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat.

Salam sehat,

dr. Dyah Novita Anggraini