Ada satu pertanyaan yang sama, yang dijawab ratusan juta orang tiap harinya. Ya, itu adalah pertanyaan dari Facebook yang berbunyi “What’s on your mind?” yang dijawab pengguna media sosial tersebut dengan berbagai pernyataan status, mulai dari apa yang dimakan hari ini, hingga drama hubungan asmara atau pekerjaan mereka yang tak kunjung habis.
Kalau Anda salah satu dari mereka yang rutin mengunggah status di media sosial, mungkin Anda juga tertarik untuk tahu kalau menurut beberapa studi, status Facebook dan perilaku seseorang di media sosial bisa memberi gambaran tentang kepribadian orang tersebut. Makanya, terkadang jika Anda melamar suatu pekerjaan, pihak perusahaan akan meminta akun Facebook Anda. Begitulah kira-kira.
Dari status-status itu, ada beberapa hal yang bisa terungkap dari kepribadian seseorang. Berikut ini adalah beberapa hal yang terungkap dari kepribadian seseorang berdasarkan akun Facebook mereka.
Status berisi segala hal tentang pasangan. Kalau Anda mengunggah semua hal terkait pasangan di status Facebook, bisa jadi Anda adalah seorang yang memiliki citra diri rendah dan merasa tidak aman. Sebuah studi di tahun 2015 mengungkapkan, mereka yang gemar mengumbar kemesraan dengan pasangan di Internet memiliki kebutuhan kuat untuk menegaskan bahwa diri mereka berharga, dibutuhkan, aman, dan butuh diyakinkan kalau hubungannya berjalan indah dan baik-baik saja. Sayangnya, status seperti ini cenderung mendapat “likes” yang rendah, dan kerap mengundang reaksi nyinyir dari Netizen lain.
Wall Facebook dipenuhi foto. Kalau isi wall Facebook Anda hampir semuanya foto, bisa jadi Anda kurang piknik. Studi yang dilakukan tahun 2014 menemukan bahwa pengguna sosial media yang mengalami depresi dan kegelisahan parah biasanya mencari pelarian dengan mengunggah banyak foto ke Facebook mereka. Karena orang yang depresi biasanya bermasalah dengan komunikasi dan kemampuan sosial, mereka memilih mengekspresikan diri melalui foto-foto, yang dianggap sebagai cara aman dibandingkan ekspresi tertulis. Mereka yang mengalami masalah kegelisahan (anxiety) biasanya “takut” terhadap respon yang mungkin didapat dari orang lain.
Ratusan teman di Facebook. Riset pada tahun 2012 menemukan bahwa mereka yang khawatir akan di-cap tak punya teman dan punya masalah sosial terkait citra diri rendah berusaha terlihat populer, bahkan jika hanya di dunia maya.
Mengunggah hal-hal berbau politik dan ilmu pengetahuan. Biasanya pengguna Facebook yang wall-nya dipenuhi status yang demikian merupakan orang yang berpikiran terbuka, haus ilmu dan kreatif. Studi mengungkap bahwa mereka adalah orang yang tak suka bicara ngalor ngidul, dan menganggap Facebook sebagai sarana berbagi informasi penting kepada teman-temannya.
Foto dan teman yang terorganisir dalam album dan kategori. Jika Anda melihat Facebook teman Anda dengan banyak album foto, semuanya diberi judul atau tanggal, maka kemungkinan teman Anda tersebut adalah orang yang sangat teliti dan berhati-hati dalam setiap langkah. Mereka adalah orang-orang disiplin dan pekerja keras yang jarang mau membuang waktu di jejaring sosial. Menurut studi tahun 2014, orang-orang semacam itu memperlakukan Facebook seperti mereka memperlakukan hidup mereka: sangat terorganisir. Foto-foto disusun secara metodis untuk memudahkan akses dan penggunaan.
Profil terisi lengkap dan detail. Sebuah studi berjudul “Social Network Use and Personality” mengungkap bahwa mereka yang berpikiran terbuka, yakni orang-orang yang artistik, memiliki imajinasi tinggi dan kreatif biasanya menggunakan banyak fitur dalam Facebook, dan seringkali mengisi bagian informasi pribadi dengan lengkap dan komprehensif. Mereka juga cenderung memposting artikel, inspirasi, pemikiran dan sebagainya di wall ketimbang berkomunikasi secara spesifik dengan teman.
Mereka yang sering di-tag di foto orang lain. Sebuah studi tahun 2012 menunjukkan bahwa mereka yang dikenal sebagai pribadi ramah dan menyenangkan berkemungkinan lebih besar untuk di-tag di foto unggahan teman-teman. Orang yang ramah cenderung berkepribadian tenang dan hangat, juga tidak kompetitif sehingga orang lain akan merasa nyaman untuk berfoto bersama dan mengunggahnya ke jejaring sosial.
Status dan foto kebanyakan tentang diri sendiri. Menurut studi tahun 2014, orang narsis, cirinya yaitu suka mengagumi diri sendiri dan memiliki kecenderungan memandang diri sendiri lebih baik dari orang lain, mengunggah banyak hal tentang diri sendiri, termasuk status dan foto-foto selfie untuk membuat orang kagum. Kebanyakan status mereka berisi keluhan yang menuntut perhatian orang, hanya untuk mencari “dukungan” bahwa diri mereka penting.
Facebook “berubah” menjadi drama seri. Drama di jejaring sosial menunjukkan gejala stres dan depresi yang kadarnya bergantung pada frekuensi penggunaan emoticon marah, menangis, dan status yang mengungkapkan amarah atau kesedihan. Mereka yang depresi menggunakan Facebook untuk mencari perhatian dan dukungan, yang tidak mereka dapatkan di kehidupan nyata. Setiap status seringkali menjadi sangat personal dan emosional, dan sayangnya terkadang ada hal-hal yang tak seharusnya dibagi di media sosial ikut muncul di wall mereka.