Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Sudah Siapkah Rencana Pendidikan Anak Anda? Cek 5 Hal Ini

Keluarga Ibu Sarbikis (59) tak menyangka, bahwa suaminya meninggal begitu cepat. Saat anaknya yang kedua dan ketiga belum masuk usia sekolah, suaminya meninggal akibat beberapa sakit komplikasi. Namun Ibu Sarbikis mengaku, kisah sekitar 20 tahun lalu itu tak akan dilupakannya. Sebab ia jadi mengerti betapa menguntungkannya mendapat manfaat asuransi pendidikan dari sang suami.

Ia berkisah, sebenarnya sang suami saat itu membeli asuransi pendidikan untuk anak kedua dan ketiganya karena ingin membantu saudara yang kebetulan jadi agen asuransi. Anak pertamanya tidak dimasukkan dalam jaminan asuransi karena keluarga mereka sudah punya tabungan tersendiri untuk anak pertamanya saat itu. Saat itu ia belum paham benar tentang manfaat asuransi pendidikan yang akan mereka peroleh.

Namun tidak disangka. Baru sekitar tiga tahun menjadi nasabah, sang suami meninggal. Ibu Sarbikis yang kemudian tiba-tiba harus menjadi kepala rumah tangga sempat kebingungan. Apalagi mengingat anak-anaknya harus mendapatkan biaya pendidikan yang tidak sedikit. Beruntung ternyata suaminya mendapat perlindungan asuransi. Selain mendapat santunan asuransi jiwa dari kantor suaminya yang kemudian dipakainya membuka toko kelontong sebagai sumber nafkah baru keluarga, ia juga mendapat manfaat asuransi pendidikan bagi anak kedua dan ketiganya. Kini dari toko kelontong yang bertumbuh cukup besar, ditambah dari asuransi pendidikan yang dibayar setiap periode, Ibu Sarbikis bisa menyekolahkan anaknya hingga tingkat diploma.

Pentingnya Persiapan Dana Pendidikan

Pengalaman keluarga Ibu Sarbikis adalah contoh bahwa persiapan pendidikan anak harus memperhitungkan banyak aspek. Apalagi menurut perhitungan, biaya pendidikan hampir selalu mengalami kenaikan antara 10-15% per tahun.[1] Bahkan bisa jadi, persiapan yang dilakukan jauh-jauh hari pun bisa mengalami perubahan. Seperti yang dialami Ibu Sarbikis. Manfaat asuransi pendidikan yang awalnya hanya sebagai cadangan, ternyata malah menjadi salah satu sumber bantuan pendidikan utama bagi anak-anaknya.

Berdasarkan pengalaman tersebut, perlu Anda telusuri apakah Anda sudah memiliki perencanaan pendidikan yang cukup? Berikut beberapa pertanyaan untuk mengecek persiapan pendidikan anak Anda:

1. Sudahkah Anda perkirakan setinggi apa jenjang pendidikan anak?

Saat ini pemerintah sudah menetapkan batasan pendidikan minimal 9 tahun atau hingga tamat SMP. Untuk itu pemerintah juga sudah memberikan sejumlah subsidi pendidikan berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hingga pendidikan 9 tahun.[2] Namun di tengah era perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di mana setiap SDM dari semua negara ASEAN akan bebas masuk ke Indonesia, jika ingin bersaing dengan negara lain setidaknya Anda perlu merencanakan pendidikan anak sampai jenjang sarjana.

2. Sudah tahu mau menyekolahkan anak ke mana?  


Untuk biaya sekolah negeri hingga jenjang SMP, pemerintah memang sudah memberikan dana BOS. Tapi bagaimana jika Anda ingin menyekolahkan anak ke sekolah swasta atau sekolah favorit yang mengharuskan Anda mengeluarkan biaya tambahan? Atau misalnya Anda ingin menyekolahkan anak ke sekolah nasional plus yang mengajari anak berkemampuan bahasa asing. Belum lagi jika ternyata Anda berobsesi menyekolahkan anak ke luar negeri, tentu biayanya jadi berlipat. Sebagai gambaran menurut Lenny (52), seorang istri pengusaha peralatan sekolah yang menyekolahkan anaknya ke Amerika Serikat, untuk biaya hidup dan uang sekolah jenjang diploma selama dua tahun ia menghabiskan sekitar Rp1 miliaran pada tahun 2014 lalu.[3] Bisa jadi angka tersebut telah mengalami kenaikan seiring inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan pendidikan.

3. Sudah Anda hitung berapa kebutuhan biaya pendidikannya?

Setelah mengetahui sampai jenjang mana akan menyekolahkan anak dan ke mana anak akan disekolahkan, Anda harus menghitung perkiraan biaya yang harus dikeluarkan. Biaya tersebut meliputi biaya sekolah hingga biaya kebutuhan hidup selama sekolah. Sekadar gambaran, jika inflasi pendidikan sekitar 10% per tahun, maka jika anak baru akan masuk kuliah sekitar 15-16 tahun lagi, maka biaya di masa depan bisa mencapai ratusan juta rupiah.[4] Dengan mengetahui perkiraan biaya pendidikan anak di masa depan, Anda akan lebih mudah memperkirakan berapa dana yang bisa Anda sisihkan setiap bulan untuk kebutuhannya mendatang.

4. Sudah memiliki rencana keuangan untuk memenuhi dana pendidikannya?

Setelah mengetahui berapa dana kebutuhan pendidikan anak, Anda harus tahu rencana mana yang terbaik agar biayanya bisa terpenuhi. Untuk jangka pendek, menengah, dan panjang, Anda perlu membedakan beberapa sumber keuangan untuk memenuhinya. Untuk jangka waktu di bawah satu tahun, Anda bisa mencari investasi dengan risiko yang rendah, misalnya tabungan pendidikan. Sedangkan untuk jangka waktu yang lebih panjang, Anda bisa mencari pilihan investasi dengan tingkat bagi hasil lebih tinggi. Namun untuk pilihan ini, Anda juga perlu mempertimbangkan kemungkinan risiko kehilangan dana nya yang juga lebih tinggi. Untuk pilihan ini Anda bisa berinvestasi reksa dana atau produk keuangan lainnya.

5. Sudahkah Anda memiliki proteksi dana pendidikan?

Jika saat ini Anda menjadi satu-satunya pemberi nafkah keluarga, Anda perlu memikirkan bagaimana melindungi diri jika terjadi sesuatu pada Anda. Untuk itu Anda perlu memikirkan untuk memiliki beberapa jenis asuransi. Salah satunya asuransi jiwa, kesehatan, serta asuransi pendidikan. Idealnya jika Anda satu-satunya pemberi nafkah, beberapa penasihat keuangan merekomendasikan nilai pertanggungan yang harus dimiliki adalah 60 kali dari penghasilan bulanan Anda.[5]

Jika Anda ingin tahu seberapa siap Anda merencanakan biaya pendidikan anak, Anda juga bisa berkonsultasi dengan perencana keuangan di sini.

Sebarkan artikel ini pada relasi Anda melalui fitur media sosial. Berikan juga komentar Anda tentang persiapan pendidikan anak dalam kolom di bawah ini.

 

 

[1] Kompas.com, 11 Mei 2013

[2] Peraturan Mendikbud No 161 Tahun 2014, yang dimuat di kemdikbud.go.id, 8 Januari 2015

[3] Wawancara dengan Lenny, seorang istri pengusaha peralatan sekolah di Jakarta pada Juli 2015. 

[4] disampaikan Aidil Akbar, fimela.com, 25 Januari 2012

[5] disampaikan Pandji Harsanto, pandjiharsanto.com, 15 November 2015