Kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit yang paling mengancam wanita. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka pengidap tumor ganas atau kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, artinya dari 1000 penduduk terdapat lebih dari 1 orang yang menderita kanker. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker mulut Rahim (depkes.go.id, 8 Mei 2014).
Perkembangan kanker mulut rahim sebagian besar tidak disadari oleh penderita, dan biasanya baru disadari setelah penderita mengalami salah satu dari gejala kanker mulut rahim. Ada pula yang baru mengetahui gejala ketika penyakit kanker mulut rahimnya telah memasuki stadium akhir (stadium empat) perlu diketahui bahwa pengobatan pada stadium akhir (stadium empat) jauh lebih sulit dibandingkan jika penderita mengetahui pada stadium awal (stadium satu).
Mulut rahim dalam istilah medis dinamakan serviks. Serviks terletak di bagian bawah rahim dan merupakan bagian penghubung antara rahim dan vagina dengan panjang sekitar 2,5 cm.
Berikut ini adalah faktor penyebab terjadinya kanker mulut rahim:
Terinfeksi virus HPV (human papillomavirus) merupakan penyebab utama terjadinya kanker mulut rahim.
HPV yang mempunyai diameter 55 nanometer ini ditularkan secara seksual dan memiliki berbagai jenis tipe virus, yakni tipe 16, 18, 45, 31, 33, 52, 58, 35, 59, 56, 51, 39, 68, 73, dan 82. Namun, virus HPV tipe 16 dan 18 yang berperan banyak dalam menyebabkan terjadinya kanker mulut rahim, yaitu sebesar 70% (nhs.uk, 30 April 2015).
Berikut ini adalah faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya kanker mulut rahim:
1. Kehidupan seks yang aktif
Melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, atau dengan seseorang yang memiliki riwayat berganti-ganti pasangan sebelumnya, dapat meningkatkan risiko terjadi kanker mulut rahim. Menggunakan kondom bisa mencegah penularan ini.
2. Genetik atau keturunan
Kanker mulut rahim juga dapat dipicu karena faktor genetik. Misalnya, penyakit kanker mulut rahim yang pernah terjadi pada ibu Anda dapat membuat Anda bisa terkena penyakit serupa pada kemudian hari.
3. Melakukan hubungan seksual pada usia muda
Semakin dini seorang wanita (di bawah usia 20 tahun) melakukan hubungan seksual, maka semakin cepat juga wanita tersebut berisiko terkena kanker mulut rahim.
4. Hamil di bawah usia 17 tahun
Seorang wanita yang hamil pada usia di bawah 17 tahun memiliki risiko dua kali lipat terkena kanker mulut rahim dibandingkan dengan wanita yang hamil pada usia 25 tahun ke atas.
5. Mengalami infeksi menular seksual
Infeksi menular seksual ditemukan dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi oleh virus HPV. Contohnya adalah infeksi akibat bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini biasanya ditularkan melalui aktivitas seksual. Beberapa penelitian berpendapat bahwa wanita yang sebelumnya pernah terkena infeksi chlamydia dapat memiliki risiko tinggi terkena kanker serviks.
6. Imunitas atau daya tahan tubuh menurun
Seorang wanita yang mempunyai status imunitas atau daya tahan tubuh yang kurang baik atau menurun, seperti pada penderita HIV atau seseorang yang sedang dalam pengobatan yang membutuhkan obat yang dapat menekan sistem imunitasnya (contohnya pada penderita penyakit autoimun atau seseorang yang pernah menjalani transplantasi organ) memiliki risiko tinggi untuk terkena kanker mulut rahim (cancer.org, 17 September 2014).
7. Banyak melahirkan anak
Faktor risiko ini masih diteliti lebih lanjut, mengenai apakah terdapat kaitan secara langsung antara melahirkan lebih dari tiga anak dengan terjadinya kanker mulut rahim. Namun, ada beberapa teori yang berpendapat bahwa:
- Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka semakin sering juga wanita tersebut melakukan hubungan seksual sehingga kemungkinan untuk terinfeksi virus HPV akan semakin tinggi, terutama yang tidak menggunakan kondom.
- Perubahan hormon estrogen dan progesteron selama melahirkan memberikan kemungkinan terinfeksi virus HPV atau mendukung perkembangan sel kanker dengan cepat.
- Saat hamil, wanita terkadang mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga memudahkan infeksi virus HPV dan perkembangan sel kanker di dalam tubuh (cancer.org, 17 September 2014).
8. Merokok
Kandungan-kandungan dalam rokok yang ditemukan di dalam mukosa atau lapisan mulut rahim wanita yang merokok diduga dapat merusak sel-sel pada mulut rahim. Selain itu, merokok juga bisa menurunkan imunitas tubuh seseorang sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan risiko kanker serviks (cancer.org, 17 September 2014).
9. Penggunaan kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi oral atau melalui mulut misalnya pil KB dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker mulut rahim. Terdapat penelitian yang menjelaskan bahwa risiko terjadi kanker mulut rahim meningkat dua kali lipat pada wanita yang menggunakan pil KB lebih dari lima tahun, namun risiko tersebut akan menurun setelah sepuluh tahun berhenti mengkonsumsi pil KB tersebut (cancer.org, 17 September 2014).
10. Rendahnya asupan sayur dan buah
Wanita yang jarang mengkonsumsi sayur dan buah memiliki risiko terjadi peningkatan kanker mulut rahim (cancer.org, 17 September 2014).
Perlu Anda ketahui bahwa gejala kanker mulut rahim tidak muncul pada stadium awal, oleh karena itu banyak penderita yang mengetahui bahwa dirinya terkena kanker mulut rahim setelah memasuki stadium lanjut. Gejala kanker mulut rahim yang harus Anda waspadai adalah sebagai berikut:
- Keputihan yang terjadi lebih dari sebulan, berbau, dan bercampur darah.
- Perdarahan vagina yang terjadi di luar masa menstruasi.
- Perdarahan vagina yang terjadi setelah masa menopause, yaitu berhentinya secara fisiologis (alamiah) siklus menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan.
- Perdarahan vagina yang terjadi setelah melakukan hubungan seksual.
- Perdarahan vagina yang terjadi setelah pemeriksaan panggul atau pembersihan vagina (douching).
- Nyeri pada daerah panggul.
- Nyeri saat melakukan hubungan seksual.
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
Berikut ini adalah empat stadium dari kanker mulut rahim yang perlu Anda ketahui:
- Stadium 1
Stadium 1 terjadi bila sel kanker masih terbatas pada mulut rahim, dan ukuran kelainan kurang dari 3 mm.
- Stadium 2
Stadium 2 terjadi bila sel kanker telah menyebar ke bagian atas vagina, namun belum menyentuh dinding panggul.
- Stadium 3
Stadium 3 terjadi bila sel kanker telah menyebar ke bagian bawah vagina dan dinding panggul.
- Stadium 4
Stadium 4 terjadi bila sel kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening dan organ sekitar mulut rahim, yaitu kandung kemih dan dubur atau tersebar jauh ke organ hati, paru, dan tulang.
Dengan mengetahui keempat stadium di atas, kita dapat memahami sejauh mana kanker berkembang dan menyebar ke dalam organ tubuh lain di luar rahim.
Untuk memastikan dan mendeteksi kanker mulut rahim, yang perlu Anda lakukan adalah melakukan pencegahan dan konsultasi lebih lanjut dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Biasanya dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi kanker mulut rahim, di antaranya:
- Pap Smear
Pemeriksaan pap smear bertujuan untuk mendeteksi perubahan sel yang dapat berkembang menjadi kanker. Tes ini dapat mengenali tahap prakanker. Pada
tahap prakanker, sel mulut rahim sudah menunjukkan perubahan yang dapat dilihat di bawah mikroskop dengan pewarnaan khusus jenis papanicolaou (nama penemu jenis tes pap smear ini). Saat melakukan pap smear, dokter akan memasukkan alat dari logam yang disebut speculum untuk melebarkan liang vagina. Hal ini membantu dokter untuk mengamati vagina dan serviks, lalu mengambil sejumlah sel dan lendir di serviks dan sekitarnya. Bahan ini akan diletakkan di atas kaca obyek (pap smear cara konvensional) atau di dalam cairan (Liquid Based Cytology pap smear cara terbaru) untuk diperiksa di laboratorium. Tes pap smear dianjurkan untuk wanita yang telah melakukan hubungan seksual dan berusia 21 hingga 65 tahun.
- Tes HPV DNA
Tes ini bertujuan untuk menemukan adanya virus HPV yang dapat menyebabkan perubahan sel serviks. Tes HPV mempunyai sensitivitas yang lebih baik daripada pap smear dalam menemukan tahap prakanker lanjut. Dalam hal ini, pemeriksaan HPV dapat mengompensasi hasil negatif palsu pada pemeriksaan pap smear yang diakibatkan kesalahan pengambilan bahan periksa dan deteksi. Tes HPV dianjurkan untuk wanita yang berusia 30 hingga 65 tahun sebagai tambahan pemeriksaan pap smear atau Liquid Based Cytology.
Selain untuk mendeteksi kanker mulut rahim, pemeriksaan pap smear dan HPV DNA juga dapat digunakan sebagai cara pencegahan terhadap kanker mulut rahim (untuk menemukan apakah terdapat sel prakanker sebelum sel tersebut berubah menjadi sel kanker).
Jika pada pemeriksaan fisik ditemukan salah satu dari gejala di atas, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan lagi, yaitu:
- Kolposkopi. Pemeriksaan kolposkopi dilakukan dengan memeriksa alat genital bagian dalam menggunakan teropong pembesar. Cara pemeriksaan kolposkopi adalah dengan memasukkan suatu cairan ke dalam vagina dan memberi warna pada saluran mulut rahim dengan suatu cairan, sehingga permukaan mulut rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal akan terlihat jelas. Kemudian dokter akan melihat ke dalam saluran mulut rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkop.
- Biopsi. Biopsi (mengambil sebagian jaringan) untuk diperiksa dengan mikroskop di dalam laboratorium.
- Rontgen foto paru, CT Scan (Computerized Tomography Scanner) yaitu mesin sinar-x khusus yang mengirimkan berbagai berkas pencitraan secara bersamaan dari sudut yang berbeda untuk mendeteksi adanya penyebaban sel kanker ke organ tubuh yang lain.
Pengobatan untuk kanker mulut rahim berbeda untuk tiap stadium kanker. Pada stadium awal dapat dilakukan biopsi jaringan yang diduga mengandung sel kanker. Sedangkan pada stadium selanjutnya, terapi dilakukan dengan radioterapi, kemoterapi, maupun kemoradioterapi — mengenai ketiga terapi ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian lain dalam tulisan ini.
Jika stadium awal diketahui dengan melihat perubahan awal sel mulut rahim, pengobatan yang umum diberikan adalah dengan:
1. Pemanasan (diathermy) atau dengan sinar laser.
2. Biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel mulut rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan.
Namun, jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap prakanker, dan kanker mulut rahim telah dapat diidentifikasi, maka beberapa hal yang dapat dilakukan untuk penyembuhan adalah:
1. Operasi
- Histerektomi, yaitu membuang seluruh rahim. Dilakukan pada kanker mulut rahim stadium 1.
- Histerektomi radikal, yaitu operasi mengangkat seluruh rahim, bagian atas vagina, dan kelenjar getah bening di sekitarnya. Dilakukan pada kanker mulut rahim stadium 2.
2. Radioterapi
Pengobatan dengan sinar-X yang langsung pada organ yang dituju, untuk menghancurkan sel-sel kanker sekaligus meminimalkan dampak radiasi pada sel-sel yang sehat.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan dengan memberikan obat yang akan membunuh sel kanker, yakni dengan cara disuntikkan melalui infus.
4. Kombinasi dari dua atau tiga cara di atas.
Risiko terkena kanker serviks dapat dihindari dengan melakukan beberapa pencegahan, yakni:
- Pola hidup sehat dengan menghindari faktor risiko kanker mulut rahim, terutama menghindari aktivitas seksual dengan berganti-ganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
- Deteksi dini dengan melakukan pap smear secara berkala. Pap smear sebaiknya dilakukan sejak melakukan aktivitas seksual. Jadwal yang dianjurkan adalah:
- Usia 25-49 tahun: setiap tiga tahun.
- Usia 50-65 tahun: setiap lima tahun.
- Di atas 65 tahun, tidak perlu pap smear lagi.
Akan tetapi, jika hasil pap smear terlihat abnormal disarankan untuk melakukan pap smear kembali dalam waktu enam bulan hingga satu tahun setelahnya. Dan bagi Anda yang telah melakukan vaksinasi HPV, tetap disarankan untuk melakukan pemeriksaan pap smear secara berkala karena vaksinasi tidak melindungi seseorang secara penuh dari infeksi virus HPV.
- Vaksinasi anti HPV pada usia efektif, mulai dari 9 hingga 26 tahun.
Apabila ditemukan gejala atau hal lain yang berhubungan dengan kemungkinan gejala kanker mulut rahim, sebaiknya Anda segera menghubungi dokter untuk mendapatkan pemeriksaan fisik lebih lanjut dan penanganan yang tepat. Anda dapat juga lakukan tanya jawab ahli masalah kesehatan Anda, klik di sini!
Salam sehat,
dr. Dyah Novita Anggraini