Pernah membayangkan bagaimana bentuk bumi 250 juta tahun ke depan? Apakah masih sama seperti sekarang atau bakal mengalami perubahan karena ada pergerakan lempeng tektonik Bumi?
Kemungkinan, bentuk Bumi di masa depan akan jauh berbeda dengan saat ini. Dengan konfigurasi tujuh benua (Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Antartika, Asia, Eropa, Australia/Oceania) dan lima samudera.
Setelah 200 tahun lalu Pangaea—benua super terakhir yang berpusat di Afrika—pecah, maka bukan tidak mungkin supercontinent baru akan terbentuk di planet manusia. Para ilmuwan sejak lama memperkirakan, sekitar 250 juga tahun mendatang akan terbentuk sebuah benua super (megacontinent), yang disebut Amasia.
Para ilmuwan selama bertahun-tahun sudah mendebatkan tentang cara penggabungan tersebut. Baru-baru ini, para peneliti dari Yale University dan Japan’s Agency for Marine-Earth Science and Technology (JAMSTEC) mengeluarkan simulasi terbaru soal pembentukan Amasia.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature ini mengungkap bahwa pergerakan lempeng tektonik akan mengubah peta dunia. Nantinya, Amerika Utara dan Selatan akan menjadi satu. Laut Karibia dan Arktik akan menghilang dari peta. Selain itu, benua Asia akan menyatu dengan benua Amerika. Kondisi tersebut dimungkinkan terjadi akibat pergerakan lempeng-lempeng tektonik Bumi.
“Setelah perairan tersebut tertutup, kita dalam perjalanan menuju benua super berikutnya,” kata Ross Mitchell, pemimpin studi, seperti dilansir dari Daily Mail. Ia menambahkan, Amerika akan bergandengan dengan Eurasia di Kutub Utara. Pecahan-pecahan besar kerak Bumi yang mirip puzzle itu bergerak secara bersama-sama dan terpisah lebih dari ratusan juta tahun.
Penelitian terbaru ini didasarkan dari teori yang disebut Orthoversion. Dalam model Orthoversion, setelah sebuah supercontinent pecah, benua-benua yang dihasilkan akan menjauh. Namun kemudian terjebak di antara jalur subduksi utara-selatan, di mana satu lempeng akan turun di bawah yang lain.
Di Bumi sekarang ini, jalur tersebut merupakan Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire), yang merupakan peninggalan benua super sebelumnya. Untuk menguji model tersebut, para ilmuwan menggunakan data paleomagnetik atau catatan medan magnet Bumi yang terawetkan dalam batuan. Data tersebut digunakan untuk mempelajari variasi rotasi bumi.
Variasi yang dikenal sebagai “true polar wander” disebabkan perubahan distribusi massa di planet ini. Itu adalah upaya Bumi untuk mempertahankan rotasi keseimbangan, sebuah penyesuaian yang berlangsung selama jutaan tahun.
Dengan menggabungkan data tersebut dengan pengetahuan tentang bagaimana benua super mempengaruhi gerakan bumi, para peneliti kemudian mampu memprediksi Amasia.“Spekulasi tentang benua super Amasia memang masih sekadar spekulasi. Namun, spekulasi tersebut didasarkan pada ilmu pengetahuan,” kata Ross Mitchell.
Para Ilmuwan Memprediksi Bumi Kelak Menjadi Satu Kesatuan
Saat ini, Bumi terbagi atas sejumlah benua yang dipisahkan oleh samudera. Kendati Bumi sudah seperti ini sejak dulu, namun ratusan juta tahun yang lalu, Bumi sebenarnya hanya terdiri dari satu daratan yang sangat luas. Menurut para ilmuwan, suatu hari nanti hal ini akan terjadi lagi.
Kondisi masa lalu, masa kini, dan masa depan Bumi ini dieksplorasi oleh Alexandra Witze. Witze mengatakan, ada sejumlah bukti yang mendetail bahwa dulunya bumi hanya terdiri dari daratan yang sangat luas. Kemudian, ia juga menjelaskan bahwa dalam waktu kurang lebih 50-200 juta tahun dari sekarang, Bumi akan tergabung menjadi satu benua yang besar.
Diketahui, pada zaman dulu terdapat lebih dari satu benua yang berukuran sangat besar. Pangaea merupakan salah satu yang paling terkenal dan dipercaya ada sejak 400 hingga 200 juta tahun lalu. Fakta bahwa bumi tergabung inilah yang menjelaskan mengapa fosil dinosaurus yang sama bisa tersebar di seluruh dunia.
Selain Pangaea, diketahui dulu ada benua lain di Bumi, yakni Rodinia (ada kurang lebih 1,3 milyar tahun hingga 750 juta tahun lalu) dan Nuna (ada sekitar 1,4 milyar tahun lalu).