Sederhananya, manusia membutuhkan tidur untuk beristirahat dan menyimpan energi. Jika tidur dihitung per harinya sekitar tujuh hingga sembilan jam, maka manusia menghabiskan sepertiga waktu hidupnya untuk tidur. Meski demikian, masih banyak orang yang belum menyadari akan pentingnya tidur. Sehingga banyak yang meluangkan waktu tidur sekadarnya saja.
Padahal, beberapa penelitian sudah menunjukkan bahwa kurang tidur tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik, tetapi juga mental dan performa otak. Bahkan, kekurangan tidur bisa menyebabkan kehilangan memori, halusinasi, hingga kejang-kejang.
Salah satu yang membuktikan hal ini adalah sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience. Para peneliti menemukan bahwa tanpa tidur yang cukup, otak akan memakan dirinya sendiri.
Mereka melakukan penelitian terhadap tikus yang kekurangan tidur. Hasilnya, otak yang berfungsi untuk menghancurkan dan mencerna sel-sel rusak menjadi tidak terkontrol.
Michele Bellesi dari Marche Polytechnic University di Italia menjelaskan, dalam jangka waktu pendek, hal ini bermanfaat untuk membersihkan otak dari kotoran dan memperbaiki yang rusak. Namun dalam jangka panjang, kekurangan tidur meningkatkan risiko Alzheimer dan penyakit neurologis lainnya.
Selain itu, tidur juga sangat penting dalam mengingat dan melupakan. Dalam studi yang dipublikasikan pada bulan Juli 2016, Giulio Tononi dari University of Winconsin-Madison menunjukkan bersama koleganya mengamati efek tidur pada otak tikus.
Para peneliti mengambil sepotong otak dari tikus yang sudah dan belum tidur untuk membandingkannya. Ternyata, sinapsis atau penghubung neuron pada otak menjadi 18 persen lebih kecil setelah tidur. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara neuron pada otak melemah ketika kita sedang tidur.
Meski terdengar mengerikan, sebuah studi lain yang dipublikasikan pada Februari 2017 menemukan bahwa otak yang lebih “kurus” justru memiliki lebih banyak ruang untuk memori yang baru. Itulah alasan mengapa orang menjadi sulit berkonsentrasi dan mempelajari informasi baru saat kekurangan tidur. Kapasitas otak sudah terlalu penuh dan perlu dipangkas. Tononi mengatakan, tidur adalah biaya yang harus orang bayar untuk belajar.
Namun, Anda tidak perlu khawatir melupakan memori-memori yang penting saat tidur. Tononi menambahkan, ada beberapa sinapsis yang tidak mengalami proses ini dan kemungkinan besar, di sinilah manusia menyimpan memori-memori yang penting.
Mengapa orang butuh tidur?
Direktur Sleep Assessment And Advisory Service, Profesor Chris Idzikowski, menjelaskan bahwa ada dua teori yang menjelaskan mengapa seseorang membutuhkan tidur:
- Manusia membutuhkan tidur untuk menghemat energi. Meski aktivitas otak tetap tinggi selama tidur, tapi aktivitas fisiknya minimum sehingga bisa menghemat energi di tubuh. Selain itu, suhu tubuh saat tidur diturunkan sebanyak 1-2 derajat Celsius, sehingga bisa meningkatkan metabolisme tubuh.
- Tidur adalah suatu kegiatan yang bisa memberi kesempatan bagi otak untuk menata kembali memori. Sedangkan bagi tubuh bisa memberikan waktu untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Saat tidur, seseorang akan melewati beberapa tahap. Mulai dari non-REM (rapid eye movement) hingga akhirnya bisa mencapai tahap tidur REM. Pada tahap non REM, detak jantung menurun, pernapasan melambat, otot rileks, darah mengalir lebih mudah melalui tubuh, hormon tidur (melatonin) dirangsang dan hormon tiroid juga dirilis.
Sedangkan selama tahap REM, ada peningkatan aktivitas otak dan suhu, mata bergerak cepat, otot berkedut dan tekanan darah, jantung serta pernapasan mulai menunjukkan variasi yang lebih cepat.
Untuk itu, sebaiknya jangan menyepelekan waktu tidur. Karena mendapatkan tidur yang cukup bisa memberikan banyak manfaat bagi tubuh dan mengurangi risiko terkena penyakit.